salam

Sabtu, 09 April 2011

Antara Beribadah dan Taat Kepada Suami

Dari (sanat) Abu Sa’id Al – Khurdi r.a. yang berkata,
“Suatu hari, kami (para sahabat) sedang duduk bersama Rasulullah Saw. tiba-tiba, datanglah seorang perempuan.”
Perempuan tersebut berkata,
“Suamiku, Shafwan bin Al – Mu’aththal, menepukku (punggung) ketika aku sedang shalat, memaksaku untuk berbuka puasa ketika aku sedang berpuasa (membatalkan), dan ia sendiri tidak melaksanakan shalat subuh hingga matahari terbit.”

Ketika itu, Shafwan yang merupakan suami dari perempuan tersebut, sekaligus sahabat Rasulullah Saw. sedang berada disamping beliau, ikut berkumpul bersama para sahabat lainnya.
Dan Rasulullah pun menanyakan kebenaran perihal pengaduan istrinya tersebut kepada Shafwan.

Shafwan menjawab,
“Ya Rasulullah, pengaduan-pengaduan istriku bahwa aku menepuknya ketika ia sedang shalat benar. Hal itu karena ia membaca dua surah yang telah aku larang sebelumnya.”
Mendengar hal itu, Rasulullah Saw. bersabda,
“Seandainya hanya satu surah pun (setelah Al – Fatihah), hal itu cukup bagi orang-orang.”

Kemudian Shafwan melanjutkan,
“Mengenai pengaduannya bahwa aku telah memaksanya berbuka puasa ketika ia sedang berpuasa, hal itu benar. Karena ia tetap berpuasa padahal aku sudah melarangnya, dan aku adalah laki-laki yang masih muda dan tidak bisa bersabar.”
Mendengar hal itu, Rasulullah Saw. bersabda,
“Seorang perempuan hanya boleh berpuasa apabila telah mendapatkan izin dari suaminya.”

Shafwan berkata lagi,
“Mengenai pengaduannya bahwa aku tidak melaksanakan shalat subuh hingga matahari terbit, hal itu benar. Karena kami sering kali bangun setelah matahari terbit.”
Mendengar hal itu, Rasulullah Saw. bersabda,
“Apabila bangun tidur, maka shalatlah seketika itu pula, wahai Shafwan .!”
HR. Abu Dawud, Ibn Hibban, Al – Hakim, dan Ahmad dengan sanad yang shahih menurut kriteria Al – Bukhari dan Muslim

Dari (sanat)‘Abdullah bin Aufa’ r.a., Rasulullah Saw. bersabda,
“Sekiranya aku diperbolehkan menyuruh seseorang untuk bersujud kepada selain Allah, maka niscaya aku akan menyuruh istri agar bersujud kepada suaminya. Demi Tuhan yang menguasai diri Muhammad, perempuan dinilai tidak melaksanakan hak Tuhannya sebelum ia memenuhi seluruh hak suaminya. Bahkan, sekiranya suami menginginkan dirinya, sementara ia sedang berada di atas unta, ia tidak boleh menolaknya .!”
HR. Ahmad, Ibn Majah, Ibn Hibban, dan Al – Baihaqi

Dari (sanat) Abu Umamah r.a., Rasulullah Saw. bersabda,
“Ada tiga golongan orang yang shalatnya tidak akan diterima oleh Allah Swt.,
yaitu pertama (1) Budak yang melarikan diri hingga ia kembali,
kedua (2) Istri yang tidur pada malam hari sementara suaminya sedang marah kepadanya,
dan ketiga (3) Orang yang mengimami shalat suatu kaum tetapi mereka (kaum tersebut) tidak menyukainya (imam).”
HR. Al – Tirmidzi


Dari (sanat) Abu Hurairah r.a.
Dikatakan kepada Rasulullah Saw. bahwa si Fullan adalah perempuan yang rajin shalat malam, berpuasa, beramal kebajikan, dan banyak bersedekah, tetapi ia sering menyakiti tetangganya.
Kemudian Rasulullah Saw. bersabda,
“Tidak ada kebaikan baginya dan ia termasuk calon penghuni neraka.”

Para sahabat berkata,
“Si Fullan adalah seorang perempuan yang hanya melaksanakan shalat wajib, bersedekah dengan sepotong keju, tetapi tidak suka menyakiti siapapun.”
Rasulullah Saw. bersabda,
“Ia termasuk calon penghuni surga.”
HR. Al – Bukhari dalam Al – Adab Al – Mufrad


Hadis-hadis di atas menunjukkan beberapa hal,

Pertama, diperlukan keseimbangan dalam memahami ibadah.

Kedua, harus ada keseimbangan di antara ibadah-ibadah dan berbagai bentuk ketaatan serta tidak berlebih-lebihan dalam menampakkan ketaatan.

Ketiga, sangatlah penting bagi seorang istri memahami bahwa memenuhi hak suami adalah di atas segala bentuk ibadah di luar wajib. Memenuhi atau melayani hak suami harus didahulukan atas segala bentuk ibadah sunnah.
Bahkan, ibadah seorang istri bisa tidak berguna karena kemarahan atau ketidak ridho’an sang suami kepadanya (dalam batas-batas yang dibenarkan). Karena itu, sebelum melaksanakan ibadah sunnah, istri sebaiknya meminta izin kepada suaminya.

Keempat,
harus ada keseimbangan antara memenuhi hak Allah dan hak sesama manusia.

Subhanallah... para ikhwan yang berbahagia, kita bisa melihat bagaimana Allah dan Rasulullah begitu mengistimewakan kita dalam mendapatkan hak sebagai seorang suami.
Maka sebagaimana sudah saya tulis dalam artikel-artikel sebelumnya perihal seorang perempuan, tidak sepantasnya kita berlaku tidak baik kepadanya.

Melihat kembali bagaimana istimewanya hak yang diberikan Allah kepada seorang suami, maka pantaslah pula apabila kewajiban kita sebagai seorang suami adalah membahagiakan dan memuliakan istri kita dengan perilaku dan sikap-sikap terpuji,
sebagaimana selalu dicontohkan oleh Rasulullah Saw. dalam kehidupan rumah tangganya.


Semoga kita semua menjadi manusia yang lebih baik, semakin bernilai lebih, dan memiliki derajat yang tinggi di mata Allah Swt,
Amin ya Rabb :)

Artikel ini saya ambil dari buku berjudul:
100 Pesan Nabi untuk Wanita
karya Badwi Mahmud Al-Syaikh, 2006, penerbit mizania
halaman (62) .

Minggu, 03 April 2011

Nasihat Ali bin Abu Thalib

Suatu ketika, beberapa saat setelah Abdurrahman Ibn Muljam menikam seorang khalifah pada masa Khulafaur Rasyidin, Ali bin Abu Thalib r.a.

Dalam keadaannya yang terluka parah, tepat berada di samping Ali, putranya Al Hasan menangis sedih. Apa yang kemudian dilakukan Ali? Ia menyambut tangis putranya dengan memberikan sebuah nasihat yang sangat berharga.

Ali bin Abu Thalib berkata
“Wahai putraku, ingatlah selalu empat hal dan empat hal lagi dariku.”
“Apa itu wahai ayah?” jawab Al Hasan sesenggukan,

Ali melanjutkan
“Yang pertama. Kekayaan yang paling berharga adalah Akal.”
“Kedua. Kekafiran yang paling besar adalah Kebodohan.”
“Ketiga. Sesuatu yang paling keji adalah sikap Ujub.”
“Ke-empat. Sesuatu yang paling Mulia adalah Akhlak yang Mulia.”


Al Hasan berusaha meresapi dan mengingat-ingat nasihat ayah tercintanya, kemudian ia berkata
“Lalu apa empat hal yang lain wahai ayah?”

Ali menjawab
“Pertama. Janganlah engkau bergaul dengan orang Bodoh. Karena ia akan membahayakanmu demi keselamatanmu.”
“Kedua. Janganlah engkau bersahabat dengan seorang Pendusta. Karena ia akan menjauhkan yang dekat darimu, dan mendekatkan yang jauh kepadamu.”
“Ketiga. Janganlah engkau bersahabat dengan seorang yang Bakhil. Karena ia akan mengabaikanmu disaat kamu membutuhkannya.”
“Terakhir. Janganlah engkau bergaul dengan orang yang banyak melakukan Maksiat. Karena ia akan menjualmu dengan harga yang murah, dan membuatmu remeh di mata Allah.”


Al Hasan menangis mendapat petuah yang begitu indah untuknya..

Subhanallah... betapa beruntungnya umat Islam memiliki pemeluk sehebat Ali, maka tidak salah jika ia termasuk ke dalam golongan ahli janah.
Jika boleh saya menafsirkan perihal empat hal dan empat hal lagi dari Ali, ini merupakan sebuah nasihat yang apabila kita mau mengaplikasikannya dalam keseharian kita, maka insyaallah kita akan menjadi semakin Mulia dan dicintai Allah.

Nasihat pertama “Kekayaan yang paling berharga adalah Akal.”
Hal ini benar adanya, karena Akal-lah satu anugrah yang dimiliki manusia yang menjadikannya paling bermartabat di antara mahkluk-mahkluk ciptaan Allah. Sebagaimana sudah saya sampaikan dalam dua artikel sebelumnya yang berjudul Ber-ILMU-lah dan Pesona Keindahan Ilmu.

Nasihat kedua “Kekafiran yang paling besar adalah Kebodohan.”
Nasihat ini juga sangat rasional, masuk akal dan memang fenomena yang terjadi sekarang ini demikian adanya. Jika kita mau menelaah lebih dalam, sebenarnya pangkal dari masalah yang terjadi pada kehidupan seseorang itu kan berasal dari dirinya sendiri.

Kebodohan merupakan sumber dari Kekafiran yang terbesar, orang dengan tingkat pendidikan yang rendah, orang bodoh, sangat berpotensi menjadi kafir. Mengapa demikian?

Orang bodoh itu identik dengan Kemiskinan, karena apa yang bisa ia jual dan ia berikan kepada orang lain? Dia tidak akan memberikan banyak manfaat bagi orang lain. Seperti apa yang pernah disampaikan oleh seorang ulama besar Imam Syahid Hasan Al Bana,
“Jika seseorang tidak memiliki apapun (ILMU), maka ia juga tidak akan punya sesuatupun untuk diberikan kepada orang lain.”


Kemiskinan sangat dekat dengan Kekufuran, hal ini juga sangat wajar dan manusiawi. Bayangkan saja, jika seseorang sudah bodoh, kemudian ia menjadi miskin karena kebodohannya, maka dengan kemiskinannya apa yang ia miliki untuk disyukuri?

Maaf teman-teman, ini jangan dinilai sebagai sikap yang terlalu berlebihan. Saya hanya memotivasi agar kita semua, khususnya diri saya sendiri termasuk kedalam golongan orang-orang yang ber-Iman dan ber-Ilmu pengetahuan (Qs. Al Mujaadilah:11).

Toh siapa sih yang mau menjadi orang bodoh? Bagaimanapun keadaan kita, jangan pernah menyerah pada keadaan. Dan tentu orang yang ber-Ilmu, kemudian ia bisa hidup bahagia dan sejahtera dengan mengamalkan ilmunya. Akan jauh lebih nikmat dan memiliki banyak hal untuk disyukuri, daripada seorang yang bodoh, yang kemudian miskin karena kebodohannya. Orang miskin tidak memiliki hal sebanyak orang kaya untuk disyukuri. Maka ia berpotensi kufur terhadap nikmat Allah.

(Sekali lagi ini hanya untuk memotivasi ya teman-teman, kalau bisa menjadi orang yang ber-Ilmu dan kaya raya, mengapa memilih untuk hidup miskin? Jangan kemudian karena Islam mengajarkan hidup zuhud dan sederhana, kita semua bersembunyi dibalik agama.)

Naudzubillah.. inilah mindset yang terkadang masih banyak salah, kebanyakan orang muslim masih hidup dibawah garis kesederhanaan (terutama di Indonesia ini.) dan nanti alasannya ketika ditanya perihal kehidupannya, mereka menjawab
“Loh inilah takdir saya dari Allah, lagipula Islam mengajarkan untuk hidup sederhana, yang penting kan bahagia. Dan memang saya orientasinya hidup untuk akhirat. Jadi tidak apa-apa hidup susah dulu di dunia. Daripada kaya banyak dosa, kan mendingan miskin tapi biasa-biasa saja.”

Hehehe. Lucu ya, jangan sampai kita memiliki mindset seperti itu, bersembunyi di balik agama. Memang tidak ada apa orang yang kaya raya tapi tetap bertaqwa? Dan kalau bisa memilih untuk hidup kaya dan bahagia, di dunia maupun akhirat, kenapa tidak dipilih gitu lho..

Sebagaimana Firman Allah: “Dan carilah dari apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu untuk mencapai (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi....” Qs. Al Qashash:77

Nasihat ketiga “Sesuatu yang paling keji adalah sikap Ujub.”
Sikap ujub merupakan sikap sombong, bangga diri. Kita semua tahu bahwa tidak ada seorangpun yang berhak sombong dengan alasan apapun. Karena sesungguhnya apa yang ingin kita sombongkan? Sementara kita ini tidak memiliki apa-apa.

Kekayaan kita? Itu merupakan titipan dari Allah, toh saat kita meninggal juga hanya membawa kain kafan dan semua amal perbuatan kita.
Kepintaran kita? Orang yang ber-Ilmu itu tidak sepatutnya sombong akan ilmunya, jika seseorang memiliki ilmu kemudian ia menyombongkannya, maka perlu dipertanyakan ilmu macam apakah itu? Hehe
Ke-elokan paras kita? Itu kan juga titipan Allah, semuanya deh punya Allah, kalo kita terlahir dengan paras yang lebih indah dari sebagian yang lain, yaaaa nggap saja itu merupakan bonus dari Allah. Yang seharusnya kita menjadi lebih baik karena disayang Allah.

Hanya Allah lah yang Maha Memiliki Segala Sesuatu yang berhak sombong, toh Allah juga ga pernah sombong kan :)
Subhanallah.. sungguh kita semua akan meninggalkan setiap apa yang ada di dunia ini ketika jiwa ini terpisah dari raganya. Sebagaimana yang sudah saya sampaikan dalam artikel yang berjudul Pasangan Hidup Terbaik.

Nasihat ke-empat “Sesuatu yang paling Mulia adalah Akhlak yang Mulia.”
Sepertinya kita tidak perlu banyak membahas ini, kita semua tahu yang membuat seorang manusia berharga, bermartabat, bernilai di mata Allah kan ya bergantung pada bagaimana Akhlaknya.

Kemudian empat hal lagi dari Ali bin Abu Thalib r.a

Pertama, “Janganlah engkau bergaul dengan orang Bodoh. Karena ia akan membahayakanmu demi keselamatanmu.”

Ini juga tidak jauh berbeda dengan nasihat perihal akal, serta kebodohan yang merupakan sumber dari kekafiran diatas. Coba deh kita semua ingat-ingat saat masa Jahiliyah kita dulu. Sebelum sadar, masih sukanya foya-foya, seneng-seneng terus hidupnya, belum mendapat hidayah pokoknya.

Dimana saat kita punya teman, kita bergaul dilingkungan yang banyak orang-orang bodoh di dalamnya, maka saya yakin pada saat itu pasti kita semua banyak masalah. Hidup kita suram. Tidak tenang, ragu-ragu, dan masih banyak lagi. Mengapa? Ya karena lingkungan kita memang seperti itu keadaannya.

Teman-teman saya ingatkan lagi ketika kita mendapatkan ilmu baru, jangan lantas ditelan mentah-mentah ya :)
nanti karena mendengar sahabat Ali berpesan demikian, ditambah penafsiran saya yang tidak menganjurkan kita bergaul dengan orang bodoh, begitu ada teman kita yang bodoh langsung pergi jauh-jauh.. hehehe..

maksudnya disini, kita kan bisa memilih lingkungan mana tempat kita tumbuh dan berkembang. Jangan terus nanti dengan orang bodoh. Itu kewajiban kita juga untuk membuatnya lebih baik, bukan ketika kita bergaul dengan orang bodoh malah kita yang jadi ikutan bodoh. Hehe, tapi orang bodohnya yang tercerahkan karena kita. Subhanallah :)

Kedua, “Janganlah engkau bersahabat dengan seorang Pendusta. Karena ia akan menjauhkan yang dekat darimu, dan mendekatkan yang jauh kepadamu.”

Jelas ya nasihat yang satu ini, jika kita memiliki sahabat seorang pendusta, maka bukan hanya kita sering menjadi korbannya. Ia juga akan menjauhkan yang dekat dari kita, apa yang dekat dari seorang muslim? Allah, Rasulullah, Qur’an, Sunnah, dll. Kita akan menjadi jauh dengan keindahan-keindahan tersebut.

Kemudian selain itu, seorang pendusta tadi juga akan mendekatkan yang jauh kepada kita. Apa yang jauh dari seorang muslim? Kemaksiatan. Jadi jangan sampai kita bersahabat dengan seorang pendusta ya.. tapi kalau tidak percaya dan mau mencoba ya silahkan, resiko ditanggung pelaku. Hehehe

Ketiga, “Janganlah engkau bersahabat dengan seorang yang Bakhil. Karena ia akan mengabaikanmu disaat kamu membutuhkannya.”


Ini juga sepertinya sudah menjadi pengalaman dalam keseharian kita ya. Dimana saat kita memiliki seorang sahabat yang bakhil, kita senantiasa makan hati. Hehehe
Tapi coba perhatikan teman-teman disekitar kita,
saat kita memiliki sahabat yang bakhil, malah sebenarnya mereka itu tidak pernah merepotkan ataupun sangat jarang meminta bantuan terhadap kita lho.

Karena biasanya orang-orang bakhil itu orang yang yaaaaaa sebenarnya ga kaya-kaya amat sih, tapi memang sangat bakhil dan perhitungan masalah uang. Hehe, atau orang yang sebenarnya tidak terlalu pinter-pinter banget, tapi memang dia takut membagi ilmunya karena akan mendapat saingan atau rival baru.

Nah saat mereka butuh bantuan kita, dan kita dengan senang hati membantu. Tidak demikian ketika keadaan berbalik menjadi kita yang sedang membutuhkan bantuannya, adaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aja alasan untuk tidak membantu kita. Hehe

Sering ya kita ketemu orang yang demikian, bakhil sekali, kadang pelit ditanyain tugas atau PR, kadang pelit saat kita pinjem beberapa rupiah untuk sementara waktu, bukan karena ia tidak tau tugas atau PR-nya, dan bukan pula karena ia tidak punya uang atau tidak percaya kita. Ya memang itulah sifat dari orang bakhil.

Dan yang terakhir. “Janganlah engkau bergaul dengan orang yang banyak melakukan Maksiat. Karena ia akan menjualmu dengan harga yang murah, dan membuatmu remeh di mata Allah.”

Nasihat penutup ini merupakan pamungkas. Jangankan untuk bersahabat, hanya sekedar bergaul saja JANGAN. Dan jelas sekali ya ketika kita berada dalam lingkungan dimana banyak orang-orang melakukan maksiat, maka secara tidak langsung kita juga akan terbawa, minimal terkena fitnah ketika terjadi hal-hal yang tidak dibenarkan agama.

Nah demikianlah teman-teman sekalian, saudara seiman dan seperjuangan.
Semoga nasihat ini tidak sekedar mampir di mata dan telinga kita, namun terpatri kuat dalam jiwa kita.
Agar kita senantiasa menjadi orang-orang yang berakhlak mulia di mata Allah.
Amin ya Rabb..

Jumat, 01 April 2011

Syarat Melakukan Maksiat

Suatu hari, ada seorang pemuda yang menemui Ibrahim bin Adham, ia berkata
“Wahai Aba Ishak! Selama ini aku gemar bermaksiat, aku melewati 20tahun hidupku dengan bersenang-senang. Aku masih sangat muda, aku masih bisa hidup sampai 40tahun kedepan, mungkin malah hingga usiaku 70tahun, atau bahkan lebih. Akankah engkau memberiku nasihat, agar aku tidak melakukan maksiat lagi?”
Setelah mendengar perkataan pemuda tersebut, Ibrahim berkata
“Jika kamu mau menerima lima syarat dan mampu melaksanakan kelima-limanya, maka boleh lah kamu melakukan maksiat sesuka hatimu.”

Praktis pemuda ini dibuat kaget bukan main oleh jawaban Ibrahim, baru kali ini ia meminta nasihat dari hamba Allah yang shalih, namun apa yang ia temui?
Ia mendapatkan syarat untuk melakukan maksiat, lima hal yang harus dilakukannya terlebih dahulu sebelum bermaksiat.
Dengan penasaran dan terheran-heran, pemuda ini bertanya
“Apa saja kelima syarat yang engkau ajukan tersebut wahai Aba Ishak?”

Ibrahim berkata
“Syarat yang pertama, jika kamu bermaksiat kepada Allah, maka janganlah kamu memakan rejeki-Nya.”
Mendengar syarat pertama dari Ibrahim, pemuda tersebut mengernyitkan keningnya seraya berkata
“Lalu aku mau makan dari mana?? Bukankah semua yang ada di bumi ini adalah rejeki Allah yang disediakan untuk hamba-Nya??”
“Ya benar!” tegas Ibrahim, kemudian ia melanjutkan perkataannya
“Kalau kamu sudah mampu memahaminya, maka apakah pantas selama ini kamu memakan rejeki dari-Nya, untuk kemudian kamu melanggar apa yang dilarang oleh-Nya? Mana rasa syukur dan terima kasihmu pada Dzat yang selama ini menghidupimu?
Pemuda itu terdiam,

sembari menunggu, Ibrahim berkata
“Syarat yang kedua, jika kamu bermaksiat kepada Allah, maka janganlah kamu tinggal di bumi-Nya.”
Belum habis rasa tercengang pemuda itu, mendengar syarat kedua dari Ibrahim, ia kaget setengah mati.
Ibrahim melanjutkan
“Apakah pantas kamu makan rejeki dari-Nya, tinggal di bumi-Nya, kemudian kamu bermaksiat kepada-Nya?”
Dengan mata berkaca-kaca pemuda ini menjawab
“Ya, wahai Aba Ishak. Engkau benar. Lalu apa syarat yang ketiga?”
Tanya pemuda itu

“Syarat yang ketiga, jika kamu masih mau bermaksiat, carilah tempat paling tersembunyi dan aman, yang tidak akan terlihat oleh-Nya.”
Pemuda itu menggelengkan kepalanya dan berkata
“Wahai Aba Ishak. Nasihat macam ini?? Mana mungkin ada tempat yang tidak terlihat oleh-Nya, sementara kita tahu bahwa Allah Maha Melihat.”
Ibrahim menyahut
“Nah kalau yakin demikian, kamu tahu bahwa Allah selalu melihat kita, apakah kamu masih ingin melakukan maksiat?”
Pemuda tersebut hanya diam dan meminta syarat yang ke-empat

“Syarat yang ke-empat, jika Malaikat Izroil datang hendak mencabut nyawamu, beranikan dirimu untuk menolaknya dan meminta waktu guna bertobat serta melakukan amal shalih.”
Pemuda itu tersentak dan segera menyadari seraya berkata
“Wahai Aba Ishak, mana mungkin Malaikat Maut mau memenuhi permintaanku itu??”
Ibrahim menegaskan
“Wahai anak muda, kalau kamu sudah meyakini dan paham bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat menunda atau mengundurkan kematianmu, apakah kamu masih juga mau melakukan maksiat?”
“Tidak.!!” Jawab pemuda tersebut dan meminta syarat terakhir

“Yang terakhir, jika Malaikat Zabaniyah hendak melemparmu ke dalam api neraka, janganlah kamu mau ikut bersamanya. Karena sungguh pedih azab Allah bagi hamba-Nya yang bermaksiat.”
Mendengar syarat penutup ini, si pemuda menangis terisak-isak sembari membayangkan
“Mana mungkin aku memiliki kuasa untuk menolaknya, Astagfirullah...”

Subhanallah.. betapa beruntung pemuda tersebut, ia mendapat hidayah serta ampunan dari Allah atas segala dosa-dosa dan maksiatnya.

Teman-teman seimanku, marilah kita senantiasa mengingat nasihat super dari Ibrahim bin Adham ini, sehingga kapanpun dimanapun terlintas pikiran jahat kita ingin melakukan maksiat. Kita segera tersadar,

Bahwa kita masih dan akan terus makan rejeki dari Allah,
Bahwa kita masih dan akan terus tinggal di bumi Allah (bahkan kita pun akan dikubur disana)
Bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, dan kita takkan mampu bersembunyi dari-Nya
Bahwa tidak akan ada sesuatupun yang mampu menunda dan mengundurkan kematian kita
Bahwa sungguh kita tak punya daya kuasa untuk memilih dimana tempat tinggal kita saat jiwa ini telah terpisah dari raganya.


Semoga dengan selalu mengingat Allah kita senantiasa ada dalam lidungan serta rahmat-Nya.
Amin ya Rabb :)