salam

Minggu, 03 April 2011

Nasihat Ali bin Abu Thalib

Suatu ketika, beberapa saat setelah Abdurrahman Ibn Muljam menikam seorang khalifah pada masa Khulafaur Rasyidin, Ali bin Abu Thalib r.a.

Dalam keadaannya yang terluka parah, tepat berada di samping Ali, putranya Al Hasan menangis sedih. Apa yang kemudian dilakukan Ali? Ia menyambut tangis putranya dengan memberikan sebuah nasihat yang sangat berharga.

Ali bin Abu Thalib berkata
“Wahai putraku, ingatlah selalu empat hal dan empat hal lagi dariku.”
“Apa itu wahai ayah?” jawab Al Hasan sesenggukan,

Ali melanjutkan
“Yang pertama. Kekayaan yang paling berharga adalah Akal.”
“Kedua. Kekafiran yang paling besar adalah Kebodohan.”
“Ketiga. Sesuatu yang paling keji adalah sikap Ujub.”
“Ke-empat. Sesuatu yang paling Mulia adalah Akhlak yang Mulia.”


Al Hasan berusaha meresapi dan mengingat-ingat nasihat ayah tercintanya, kemudian ia berkata
“Lalu apa empat hal yang lain wahai ayah?”

Ali menjawab
“Pertama. Janganlah engkau bergaul dengan orang Bodoh. Karena ia akan membahayakanmu demi keselamatanmu.”
“Kedua. Janganlah engkau bersahabat dengan seorang Pendusta. Karena ia akan menjauhkan yang dekat darimu, dan mendekatkan yang jauh kepadamu.”
“Ketiga. Janganlah engkau bersahabat dengan seorang yang Bakhil. Karena ia akan mengabaikanmu disaat kamu membutuhkannya.”
“Terakhir. Janganlah engkau bergaul dengan orang yang banyak melakukan Maksiat. Karena ia akan menjualmu dengan harga yang murah, dan membuatmu remeh di mata Allah.”


Al Hasan menangis mendapat petuah yang begitu indah untuknya..

Subhanallah... betapa beruntungnya umat Islam memiliki pemeluk sehebat Ali, maka tidak salah jika ia termasuk ke dalam golongan ahli janah.
Jika boleh saya menafsirkan perihal empat hal dan empat hal lagi dari Ali, ini merupakan sebuah nasihat yang apabila kita mau mengaplikasikannya dalam keseharian kita, maka insyaallah kita akan menjadi semakin Mulia dan dicintai Allah.

Nasihat pertama “Kekayaan yang paling berharga adalah Akal.”
Hal ini benar adanya, karena Akal-lah satu anugrah yang dimiliki manusia yang menjadikannya paling bermartabat di antara mahkluk-mahkluk ciptaan Allah. Sebagaimana sudah saya sampaikan dalam dua artikel sebelumnya yang berjudul Ber-ILMU-lah dan Pesona Keindahan Ilmu.

Nasihat kedua “Kekafiran yang paling besar adalah Kebodohan.”
Nasihat ini juga sangat rasional, masuk akal dan memang fenomena yang terjadi sekarang ini demikian adanya. Jika kita mau menelaah lebih dalam, sebenarnya pangkal dari masalah yang terjadi pada kehidupan seseorang itu kan berasal dari dirinya sendiri.

Kebodohan merupakan sumber dari Kekafiran yang terbesar, orang dengan tingkat pendidikan yang rendah, orang bodoh, sangat berpotensi menjadi kafir. Mengapa demikian?

Orang bodoh itu identik dengan Kemiskinan, karena apa yang bisa ia jual dan ia berikan kepada orang lain? Dia tidak akan memberikan banyak manfaat bagi orang lain. Seperti apa yang pernah disampaikan oleh seorang ulama besar Imam Syahid Hasan Al Bana,
“Jika seseorang tidak memiliki apapun (ILMU), maka ia juga tidak akan punya sesuatupun untuk diberikan kepada orang lain.”


Kemiskinan sangat dekat dengan Kekufuran, hal ini juga sangat wajar dan manusiawi. Bayangkan saja, jika seseorang sudah bodoh, kemudian ia menjadi miskin karena kebodohannya, maka dengan kemiskinannya apa yang ia miliki untuk disyukuri?

Maaf teman-teman, ini jangan dinilai sebagai sikap yang terlalu berlebihan. Saya hanya memotivasi agar kita semua, khususnya diri saya sendiri termasuk kedalam golongan orang-orang yang ber-Iman dan ber-Ilmu pengetahuan (Qs. Al Mujaadilah:11).

Toh siapa sih yang mau menjadi orang bodoh? Bagaimanapun keadaan kita, jangan pernah menyerah pada keadaan. Dan tentu orang yang ber-Ilmu, kemudian ia bisa hidup bahagia dan sejahtera dengan mengamalkan ilmunya. Akan jauh lebih nikmat dan memiliki banyak hal untuk disyukuri, daripada seorang yang bodoh, yang kemudian miskin karena kebodohannya. Orang miskin tidak memiliki hal sebanyak orang kaya untuk disyukuri. Maka ia berpotensi kufur terhadap nikmat Allah.

(Sekali lagi ini hanya untuk memotivasi ya teman-teman, kalau bisa menjadi orang yang ber-Ilmu dan kaya raya, mengapa memilih untuk hidup miskin? Jangan kemudian karena Islam mengajarkan hidup zuhud dan sederhana, kita semua bersembunyi dibalik agama.)

Naudzubillah.. inilah mindset yang terkadang masih banyak salah, kebanyakan orang muslim masih hidup dibawah garis kesederhanaan (terutama di Indonesia ini.) dan nanti alasannya ketika ditanya perihal kehidupannya, mereka menjawab
“Loh inilah takdir saya dari Allah, lagipula Islam mengajarkan untuk hidup sederhana, yang penting kan bahagia. Dan memang saya orientasinya hidup untuk akhirat. Jadi tidak apa-apa hidup susah dulu di dunia. Daripada kaya banyak dosa, kan mendingan miskin tapi biasa-biasa saja.”

Hehehe. Lucu ya, jangan sampai kita memiliki mindset seperti itu, bersembunyi di balik agama. Memang tidak ada apa orang yang kaya raya tapi tetap bertaqwa? Dan kalau bisa memilih untuk hidup kaya dan bahagia, di dunia maupun akhirat, kenapa tidak dipilih gitu lho..

Sebagaimana Firman Allah: “Dan carilah dari apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu untuk mencapai (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi....” Qs. Al Qashash:77

Nasihat ketiga “Sesuatu yang paling keji adalah sikap Ujub.”
Sikap ujub merupakan sikap sombong, bangga diri. Kita semua tahu bahwa tidak ada seorangpun yang berhak sombong dengan alasan apapun. Karena sesungguhnya apa yang ingin kita sombongkan? Sementara kita ini tidak memiliki apa-apa.

Kekayaan kita? Itu merupakan titipan dari Allah, toh saat kita meninggal juga hanya membawa kain kafan dan semua amal perbuatan kita.
Kepintaran kita? Orang yang ber-Ilmu itu tidak sepatutnya sombong akan ilmunya, jika seseorang memiliki ilmu kemudian ia menyombongkannya, maka perlu dipertanyakan ilmu macam apakah itu? Hehe
Ke-elokan paras kita? Itu kan juga titipan Allah, semuanya deh punya Allah, kalo kita terlahir dengan paras yang lebih indah dari sebagian yang lain, yaaaa nggap saja itu merupakan bonus dari Allah. Yang seharusnya kita menjadi lebih baik karena disayang Allah.

Hanya Allah lah yang Maha Memiliki Segala Sesuatu yang berhak sombong, toh Allah juga ga pernah sombong kan :)
Subhanallah.. sungguh kita semua akan meninggalkan setiap apa yang ada di dunia ini ketika jiwa ini terpisah dari raganya. Sebagaimana yang sudah saya sampaikan dalam artikel yang berjudul Pasangan Hidup Terbaik.

Nasihat ke-empat “Sesuatu yang paling Mulia adalah Akhlak yang Mulia.”
Sepertinya kita tidak perlu banyak membahas ini, kita semua tahu yang membuat seorang manusia berharga, bermartabat, bernilai di mata Allah kan ya bergantung pada bagaimana Akhlaknya.

Kemudian empat hal lagi dari Ali bin Abu Thalib r.a

Pertama, “Janganlah engkau bergaul dengan orang Bodoh. Karena ia akan membahayakanmu demi keselamatanmu.”

Ini juga tidak jauh berbeda dengan nasihat perihal akal, serta kebodohan yang merupakan sumber dari kekafiran diatas. Coba deh kita semua ingat-ingat saat masa Jahiliyah kita dulu. Sebelum sadar, masih sukanya foya-foya, seneng-seneng terus hidupnya, belum mendapat hidayah pokoknya.

Dimana saat kita punya teman, kita bergaul dilingkungan yang banyak orang-orang bodoh di dalamnya, maka saya yakin pada saat itu pasti kita semua banyak masalah. Hidup kita suram. Tidak tenang, ragu-ragu, dan masih banyak lagi. Mengapa? Ya karena lingkungan kita memang seperti itu keadaannya.

Teman-teman saya ingatkan lagi ketika kita mendapatkan ilmu baru, jangan lantas ditelan mentah-mentah ya :)
nanti karena mendengar sahabat Ali berpesan demikian, ditambah penafsiran saya yang tidak menganjurkan kita bergaul dengan orang bodoh, begitu ada teman kita yang bodoh langsung pergi jauh-jauh.. hehehe..

maksudnya disini, kita kan bisa memilih lingkungan mana tempat kita tumbuh dan berkembang. Jangan terus nanti dengan orang bodoh. Itu kewajiban kita juga untuk membuatnya lebih baik, bukan ketika kita bergaul dengan orang bodoh malah kita yang jadi ikutan bodoh. Hehe, tapi orang bodohnya yang tercerahkan karena kita. Subhanallah :)

Kedua, “Janganlah engkau bersahabat dengan seorang Pendusta. Karena ia akan menjauhkan yang dekat darimu, dan mendekatkan yang jauh kepadamu.”

Jelas ya nasihat yang satu ini, jika kita memiliki sahabat seorang pendusta, maka bukan hanya kita sering menjadi korbannya. Ia juga akan menjauhkan yang dekat dari kita, apa yang dekat dari seorang muslim? Allah, Rasulullah, Qur’an, Sunnah, dll. Kita akan menjadi jauh dengan keindahan-keindahan tersebut.

Kemudian selain itu, seorang pendusta tadi juga akan mendekatkan yang jauh kepada kita. Apa yang jauh dari seorang muslim? Kemaksiatan. Jadi jangan sampai kita bersahabat dengan seorang pendusta ya.. tapi kalau tidak percaya dan mau mencoba ya silahkan, resiko ditanggung pelaku. Hehehe

Ketiga, “Janganlah engkau bersahabat dengan seorang yang Bakhil. Karena ia akan mengabaikanmu disaat kamu membutuhkannya.”


Ini juga sepertinya sudah menjadi pengalaman dalam keseharian kita ya. Dimana saat kita memiliki seorang sahabat yang bakhil, kita senantiasa makan hati. Hehehe
Tapi coba perhatikan teman-teman disekitar kita,
saat kita memiliki sahabat yang bakhil, malah sebenarnya mereka itu tidak pernah merepotkan ataupun sangat jarang meminta bantuan terhadap kita lho.

Karena biasanya orang-orang bakhil itu orang yang yaaaaaa sebenarnya ga kaya-kaya amat sih, tapi memang sangat bakhil dan perhitungan masalah uang. Hehe, atau orang yang sebenarnya tidak terlalu pinter-pinter banget, tapi memang dia takut membagi ilmunya karena akan mendapat saingan atau rival baru.

Nah saat mereka butuh bantuan kita, dan kita dengan senang hati membantu. Tidak demikian ketika keadaan berbalik menjadi kita yang sedang membutuhkan bantuannya, adaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aja alasan untuk tidak membantu kita. Hehe

Sering ya kita ketemu orang yang demikian, bakhil sekali, kadang pelit ditanyain tugas atau PR, kadang pelit saat kita pinjem beberapa rupiah untuk sementara waktu, bukan karena ia tidak tau tugas atau PR-nya, dan bukan pula karena ia tidak punya uang atau tidak percaya kita. Ya memang itulah sifat dari orang bakhil.

Dan yang terakhir. “Janganlah engkau bergaul dengan orang yang banyak melakukan Maksiat. Karena ia akan menjualmu dengan harga yang murah, dan membuatmu remeh di mata Allah.”

Nasihat penutup ini merupakan pamungkas. Jangankan untuk bersahabat, hanya sekedar bergaul saja JANGAN. Dan jelas sekali ya ketika kita berada dalam lingkungan dimana banyak orang-orang melakukan maksiat, maka secara tidak langsung kita juga akan terbawa, minimal terkena fitnah ketika terjadi hal-hal yang tidak dibenarkan agama.

Nah demikianlah teman-teman sekalian, saudara seiman dan seperjuangan.
Semoga nasihat ini tidak sekedar mampir di mata dan telinga kita, namun terpatri kuat dalam jiwa kita.
Agar kita senantiasa menjadi orang-orang yang berakhlak mulia di mata Allah.
Amin ya Rabb..

6 komentar:

  1. aku sempet kelan sama cowo, pinter, dia sempet ngajar b.inggris di SMP, umurnya baru 19 taun, kuliah di UI dgn beasiswa, ilmu agamanya lumayan banyak, dia ketua rohis SMAnya terus ikut rohis juga di kampusnya. aku sempet tertarik,n pngen jauh lebih deket sama dia tuuh. tapinya orangnya jual mahal,susah buat bagi ilmu ma aku,kalo aku nanya2 lwat sms kadang ga di bls. aku mnta ajarin b.inggris terkesan ga mau n menghindar..
    tanyanya : dekatilah orang2 yang berilmu, tapi kalo orang2 yang berilmunya pelit atau ga mau berbagi, gmana ?

    BalasHapus
  2. mungkin ada yg salah dengan cara pendekatannya :P
    atau mungkin memang dia terlalu sibuk, ya walau saking sibuknya sampai ga bisa bales, bahkan setelah break dari kesibukannya ..
    kalau memang dia ga mau berbagi ilmunya, yasuda kan masih banyak orang berilmu yang mau mengamalkan ilmunya :)
    dengan senang hati memberikan jawaban atas keragu-raguan saudaranya yg lain..
    jadi ga usa khawatir pipit :)

    BalasHapus
  3. yes i know,.and it is youuu...thank you so much much much..hihi..
    terus kalo caranya menerima ilmu dengan baik sampai kita bisa berbagi lagi ke orang gimana ?

    BalasHapus
  4. jadi gini.... dimanapun ilmu itu berada, dan darimanapun asalnya, kita sebagai seorang muslim yang cerdas seharusnya mampu mengambilnya secara bijak :)
    kita ibaratkan saja ilmu itu seperti sebutir mutiara, kita semua tahu bahwa mutiara itu sangat indah, kilaunya mempesona setiap mata yang memandangnya. Dan perihal harga, jangan di tanya, katakan saja satu butir mutiara itu senilai dengan 100juta.
    nah fenomena yang terjadi sekarang ini, setiap kita itu hanya mau mencari mutiara di toko perhiasan atau otlet-otlet resmi penjual permata.
    satu ketika saya berjalan di sebuah hutan di tepi pantai, di tengah perjalanan saya menjumpai sesuatu yang berkilau di antara kubangan lumpur. setelah saya dekati dan amati dengan seksama, ternyata itu adalah sebutir mutiara yang tenggelam di antara kubangan lumpur.
    karena mindset saya hanya mau mencari dan menerima mutiara dari toko perhiasan saja, maka dengan angkuh dan gengsi saya tidak mengambil mutiara tersebut.
    padahal ketika saya mengambilnya, kemudian mutiara itu dibilas dengan air, ia tetap saja mutiara yang sama indahnya dengan mutiara yang ada di toko-toko perhiasan tadi, dan harganya pun juga sama tetap 100juta per butirnya.
    namun itu tadi, dewasa ini kan orang-orang pada gede-gedein gengsinya, orang yang dinilai tidak punya gelar apa-apa, tidak berpendidikan tinggi, kemudian tidak pernah di dengar sama sekali kat-katanya. bahkan terkadang seorang guru tidak mau mendengar pendapat muridnya walau sekalipun pendapat itu benar. karena sang guru berpikiran dia kan pasti lebih pandai dari muridnya, buat apa mengambil ilmu dari anak-anak ini.
    nah itu analogi sederhana yang akan menyesatkan kita dan tidak akan membuat kita berkembang sedikitpun, kita tidak akan memiliki ilmu apapun karena kita tidak cermat dan tidak bijak melihat ILMU tadi.
    bahkan terkadang saya sering belajar dari orang2 seperti tukang becak, sopir angkot, para pengamen cilik dijalanan yang semangat hidupnya luar biasa. tidak hanya di sekolah atau dikampus kan ilmu itu? dimanapun kita mau belajar, pasti kita akan semakin dewasa dan bijaksana :)
    gimana terjawab kah ? :)

    BalasHapus
  5. subhanallah..makasih ya..semoga berguna buatku. .hari ini esok dan seterusnya..amin.proud of you Mr..i really admire you Mr. Taufaan...:-) bikin lagi yaa..

    BalasHapus
  6. alhamdulillah kalo begitu :)..
    ini ada sebuah analogi yg sangat brilian dari seorang Ilmuwan Muslim, Syed Hosein Nashr. he said that
    "No science has ever been integrated into any civilization without some of it also being rejected. Its like the body, if we only ate and the body didnt reject anything, then we would die in a few days. Some of the food has to be absorbed, some of the food has to be rejected."
    its really nice description ya :)
    bayangin aja kita, otak kita ini sama halnya dengan perut kita ini. kalo kita cuma makaaaan, makan, makan, dan makannnn.. tapi tubuh ini tidak mengeluarkan apapun. so can you imagine what will happen? hehehehe
    Then we would die in a few days.. some of the food has to be absorbed, beberapa harus diserap, some of the food has to be rejected, yg lainnya yg ga perlu ya dibuang aja, seperti toksin-toksin dan racun zat berbahaya.
    so lets make it simple. life its just about take it or leave it, and as a smart muslim we have to can compare which one better for us and which one bad for us :)
    kalo itu baik buat kita ya ambil aja, kalo engga yauda tinggal aja .. so simple kan,
    Tapi itu bener2 membutuhkan kepekaan jiwa untuk membedakan yg mana baik untuk kita dan mana yg merusak.. jadi hati2 ya pipit.. selektif lah terhadap apa (ilmu) yg kamu konsumsi :)

    BalasHapus