salam

Kamis, 31 Maret 2011

Pesona Keindahan Ilmu

Pada mulanya manusia hanya berjalan pelan di atas muka bumi, sementara burung-burung terbang bebas di angkasa luas.
Kemudian manusia menciptakan pesawat yang kemampuan terbangnya jauh melampaui kecepatan terbang burung-burung paling cepat, sekalipun elang dan rajawali.

Pada mulanya manusia hanya berdiri di tepi pantai, menatap ikan-ikan berenang syahdu di lautan lepas.
Kemudian manusia menciptakan kapal-kapal raksasa yang dapat digunakan untuk mengarungi samudra terluas bahkan mampu menyelami lautan yang paling dalam.

Pada mulanya manusia hanya berjalan tertatih, sembari menyaksikan kucing-kucing asyik berkejaran secepat angin di tanah lapang.
Kemudian manusia menciptakan mobil yang kecepatannya jauh melebihi kecepatan kucing-kucing paling dahsyat. Sekalipun juaguar.

Prof. Laode M Kamaludin, M.Sc, M.Eng
(Rektor Unissula)


Saya mengawali tulisan dalam artikel ini dengan mengambil sebuah analogi yang sangat brilian dari Rektor saya tercinta, Prof. Laode. Dalam menggambarkan bagaimana peran penting yang dipegang oleh ILMU dalam perkembangan teknologi, yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat dirasakan oleh setiap mahkluk hidup di bumi ini, beliau sangat istimewa.

Hal-hal yang dipaparkan oleh Prof. Laode di atas merupakan fenomena yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Bagaimana manusia bisa sangat luar biasa dengan otaknya.

Hal-hal yang terjadi di atas merupakan buah manis dari sebuah Ilmu Pengetahuan.
Teknologi-teknologi canggih yang sekarang ini hadir disekeliling kita yang sangat memudahkan kehidupan kita, semua itu terlahir dari rahim Ilmu Pengetahuan.
Semua yang nampak begitu hebat dan menakjubkan di sekitar kita merupakan hasil dari Ilmu Pengetahuan.

Inilah kelebihan yang diberikan Allah kepada manusia, yang menjadikan manusia merupakan mahkluk yang paling sempurna diantara mahkluk-mahkluk ciptaan Allah lainnya.

Malaikat adalah mahkluk yang diciptakan Allah dari Nur (cahaya), ia hanya diberi akal saja, ia tidak diberi nafsu untuk melakukan hal-hal diluar perintah Allah penciptanya.

Sedang hewan merupakan mahkluk yang diciptakan Allah dan dibekali dengan nafsu, tanpa di anugrahi akal. Sehingga ia tidak tahu bagaimana menjalani hidup ini agar menjadi mulia dan bermartabat di mata Allah.

Dan manusia, manusia merupakan mahkluk ciptaan Allah yang di anugrahi akal dan nafsu. Sehingga manusia dapat memilih akan menjadi apa ia hidup di dunia ini.

Saya ingin memberikan sebuah eksplanasi sederhana tentang perbedaan antara Manusia dengan Benda. Dalam hal esensi serta eksistensinya.

Saya memulai dengan benda, dan mengambil analogi sebuah meja. Meja merupakan benda mati yang tidak bernyawa. Namun dalam meja ini esensi mendahului eksistensinya.
Sebuah meja sebelum berwujud meja (mengada) atau ada eksistensinya sebagai sebuah meja, ia sudah terlebih dahulu muncul sebagai esensi.

Seorang tukang (pembuat meubel/meja), sebelum ia menciptakan sebuah meja, ia sudah membayangkan tentang bentuk dan wujud dari meja tersebut. Di dalam pikirannya sudah ada bagaimana struktur meja tersebut (esensi).
Meja itu akan memiliki empat kaki (penyangga),
di atasnya akan diletakkan sebuah alas berbentuk persegi,
yang pada ke-empat sisinya nanti akan ia bentuk sedikit tumpul (tidak bersiku 90d)
dengan tujuan agar tidak melukai orang ketika berbenturan dengannya,
Meja tersebut akan berwarna coklat tua, dan berfungsi sebagai meja belajar.

Nah setelah sempurna esensi sebuah meja dalam pikiran sang tukang, barulah ia membuatnya dan terciptalah sebuah meja. Barulah muncul eksistensi dari sebuah meja tersebut. Ada wujud eksis dari meja yang berasal dari esensi tersebut.
Dan setelah itu ia hanya benda mati yang tidak dapat berbuat apa-apa.

Berbeda dengan meja, manusia itu eksistensinya mendahului esensi.
Sehingga sudah cukup jelas bagaimana perbedaan antara keduanya dari pemaparan saya di atas kan ?
Bahwa manusia itu lebih dulu eksis, ada wujudnya sebagai manusia, barulah esensinya (hakikat) ia sebagai manusia menyesuaikan.

Begitu manusia terlahir ke dunia sebagai seorang bayi. Saat ia keluar dari rahim ibunya, maka eksislah ia, muncullah wujudnya (ada) sebagai seorang manusia (eksistensi).

Kemudian perihal esensinya, hakikat ia sebagai seorang manusia, itu semua bergantung dari proses serta perjalanan hidupnya.
Apakah ia akan menjadi seorang ulama, professor, insinyur, presiden, pejabat, atau malah penjahat, perampok, dan lain sebagainya.

Setiap manusia berhak menentukan akan dibawa kemana hidupnya.
Sehingga jangan pernah menyalahkan orang lain ketika hidup kita buruk, apalagi sampai menyalahkan Allah, astagfirullah...

Nah sekarang mari kita menilik ke dalam diri kita sendiri,
apakah kita ini sudah seperti manusia ?
berbuat banyak dan memberikan manfaat bagi selain kita ?


Atau malah kita ini ternyata tidak lebih dari sebuah benda ?
benda mati yang tidak dapat berbuat apa-apa ?
bahkan mau jadi apa kita, dan akan kemana pun kita tidak tau.
Naudzubillah..


Ini untuk memotivasi teman-teman sekalian, terutama diri saya sendiri agar senantiasa merenungkan hakikat kita sebagai seorang manusia. Dan semakin banyak memberikan manfaat bagi orang lain :)

Saya ingin memberitahu satu lagi rahasia, hehe. Perihal sesuatu yang membedakan manusia dengan sesuatu yang lain di luar dirinya.
Manusia itu juga diberi anugrah indah oleh Allah yang biasa kita sebut Kesadaran.
Yang kesadaran ini tidak dimiliki oleh mahkluk lain kecuali kita sebagai manusia.

Manusia itu sadar dan mampu berpikir bahwa dirinya adalah manusia,
ia seharusnya tahu bahwa dialah mahkluk paling bermartabat diantara mahkluk-mahkluk lainnya.

Sedang kalau kita melihat seekor kucing, ia tidak sadar dan tidak akan pernah berpikir untuk apa dia hidup. Jangankan berpikir demikian, seekor kucing itu tidak sadar (tidak tahu) kalau sebenarnya dia itu adalah seekor kucing. Hehehehe

Kemudian kesadaran untuk menjadi lebih baik,
tentu kita sebagai seorang manusia pernah dan sering memikirkan tentang cita-cita kita beberapa tahun ke depan. Kita sadar bahwa kita memiliki masa depan.

Contoh saat kita berumur 15tahun (atau kurang), kita sering berangan bahwa 5tahun atau 10tahun lagi saya ingin menjadi seorang dokter, seorang guru, seorang pengusaha sukses, seorang artis, dan lain sebagainya.
Inilah suatu kesadaran yang mendorong manusia untuk senantiasa progress ke depan.

Sedangkan seekor kucing ? tidak mungkin ia berpikir bahwa 5tahun lagi ia ingin menjadi seekor gorila. Hehehe
atau kita ganti analogi lain (kasian sikucing ) .
Contoh tumbuhan, pohon mangga.
Pohon mangga tidak pernah sadar akan keberadaannya sebagai pohon, dan ia pun juga tidak akan pernah berpikir tentang masa depannya.
Bahwa 5tahun lagi ia ingin menjadi pohon duren, pohon nangka, dan sebagainya.

Dan sekali lagi marilah kita menilik kepada diri kita sendiri,
apakah kita selama ini sadar tentang eksistensi kita ?
keberadaan kita sebagai seorang manusia ?


Jika kita tidak berani bermimpi, tidak memiliki kemauan untuk menjadi lebih baik,
maka kemudian apa hakikatnya kita sebagai seorang manusia ?
kita tidak lebih dari sebuah benda mati,
atau pohon yang tidak memberikan manfaat.


Bahkan terkadang pohon saja masih dapat memberikan manfaat berupa buah yang manis bagi manusia.
Apalagi kita sebagai manusia yang jauh lebih hebat dari sekedar pohon.

Teman-teman sekalian, marilah kita menjadi lebih mulia, lebih bermartabat, lebih bermanfaat bagi selain kita dengan memiliki Ilmu Pengetahuan. :)

Pesan dari saya,
Bacalah buku sebanyak engkau mampu.
Karena kau takkan pernah tau, dari buku yang mana engkau akan meraih sukses.


Barokallah :)

Ber-ILMU-lah, Maka Allah Akan Mencintaimu

Bissmillahirrahmaanirrahiim.. Artikel ini sengaja saya tulis untuk saudara-saudara muslim yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, agar engkau semakin mulia. Dan saya peruntukkan bagi sebagian yang lain agar menyadari betapa pentingnya ilmu untuk keselamatan hidup, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Insyaallah :)

“Pelajarilah ilmu.
Sebab, dengan ilmu akan menimbulkan rasa takut kepada Allah.
Mempelajari ilmu pengetahuan termasuk ibadah.
Menelaahnya dianggap membaca tasbih.
Membahasnya setara dengan takbir.
Mengajarkannya kepada orang lain dihitung sedekah.
Dan mendiskusikannya kepada para pakar dianggap sebagai suatu bentuk kedekatan kepada Allah “
-- Muadz bin Jabal –


Di suatu pagi nan cerah,Abu Hurairah r.a, salah satu sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah Saw. Berjalan melintasi sebuah pasar di Madinah, Nampak sekali suasana pasar yang sangat ramai dengan segala kegiatan jual-belinya.

Melihat pemandangan itu,sahabat yang sangat bersahaja ini tersenyum.Ia pun menghampiri kerumunan orang-orang tersebut dan berkata,
“Saudaraku, alangkah sibuknya kalian...“
Beberapa orang yang mengenal dan mendengar sapaan Abu Hurairah segera menoleh dan bertanya,
“Wahai Abu Hurairah, bagaimana pendapatmu tentang kesibukan kami ini ?“
Abu Hurairah menjawab,
“Sayang sekali kalian beramai-ramai berada disini, padahal sekarang Rasulullah Saw. sedang membagikan harta karun yang paling berharga, mengapa kalian tidak ikut mengambilnya ?“
Praktis ucapan Abu Hurairah tersebut menggagetkan hampir dari seluruh orang yang berada di pasar pagi itu, mereka terkejut dan sangat penasaran mendengar berita dari Abu Hurairah ini.
“Di mana wahai Abu Hurairah ????“
Tanya mereka terkejut sekaligus sangat antusias.
“Di sana, di masjid.“
Jawab Abu Hurairah sambil tersenyum dan menunjuk ke satu arah.

Merasa tertarik dengan informasi Abu Hurairah tersebut,beberapa orang segera pergi meninggalkan pasar dan berjalan berbondong-bondong menuju arah (masjid)yang ditunjuk Abu Hurairah tadi
Sementara itu, Abu Hurairah tetap berdiri di tempatnya, sembari menunggu orang-orang itu kembali ke pasar.
Dan benar saja, tidak beberapa lama, orang-orang yang tadi pergi meninggalkan pasar untuk melihat apa yang dikatakan oleh Abu Hurairah sudah kembali lagi. Nampak sekali kekecewaan di wajah mereka.

“Wahai Abu Hurairah, kami datang ke masjid dan menemui Rasulullah Saw. namun kami tidak melihat sesuatupun yang dibagikan oleh Rasulullah disana.”
Keluh mereka.
“Apakah kalian tidak melihat banyak orang yang berkumpul disana ?”
Tanya Abu Hurairah.
“Ya. kami melihat banyak orang-orang yang berkumpul mengelilingi Rasulullah disana.”
Jawab orang-orang yang berada dipasar tersebut.
“Orang-orang itu sedang duduk mengitari Rasulullah Saw, yang sedang membagikan harta yang tak ternilai harganya. Rasulullah Saw, sedang membagi-bagikan ILMU-nya kepada mereka. Bukankah ILMU merupakan harta yang paling berharga dan sangat mahal wahai mukmin?”
Ujar Abu Hurairah.

Kemudian orang-orang tersebut hanya mampu terdiam mendengar pemaparan Abu Hurairah. Mereka yang tadinya sangat kecewa dan ingin marah lantaran Abu Hurairah dinilai telah menipu dan membuang-buang waktu mereka untuk berjualan dipasar, sama sekali tidak jadi marah. Karena memang apa yang dipaparkan oleh Abu Hurairah itu benar adanya.

Dalam diam mereka pun tersadar, mereka mengingat apa yang selama ini mereka lakukan secara tidak langsung telah mendzalimi diri mereka sendiri. Mereka tidak mampu berlaku adil terhadap dirinya. Mereka hanya memikirkan kehidupan duniwai mereka, sibuk berdagang, sibuk mencari uang, sibuk memikirkan akan makan apa mereka esok, namun mereka melupakan hatinya.

Hati yang sesungguhnya bekerja sangat keras setiap saatnya. Ia melupakan bahwa tidak hanya tubuh dan pikiran ini yang perlu diberi makanan, bukan hanya tubuh dan pikiran ini yang butuh penyegaran, refreshing. Namun hati ini juga butuh diberi makan, butuh mendapat siraman-siraman Nur Illahi. Agar hati itu senantiasa tenang dan menenangkan pemiliknya.

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.
“Sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu terdapat segumpal darah. Yang mana apabila segumpal darah itu baik maka baiklah seluruh tubuhnya. Namun sebaliknya, apabila segumpal darah itu buruk maka rusaklah seluruh tubuhnya. Dan ketahuilah, segumpal darah itu adalah Hati.” HR. Bukhari

Sebetulnya peristiwa seperti yang terjadi diatas hanyalah satu dari sekian banyak contoh-contoh nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Dimana kita dapat melihat keseharian kita, banyak sekali orang-orang yang dalam keadaan sederhana, mempunyai banyak waktu luang untuk berhubungan dengan Rabb-nya. Setiap datang waktu shalat dan panggilan adzan, ia segera menuju masjid untuk memenuhi panggilan Allah tersebut. Ia sangat dekat dengan Rabb-nya.

Namun, saat ia diberi keadaan (nikmat) yang lebih baik oleh Allah, ternyata ia tidak mampu menerima ujian tersebut. Justru dengan bisnis baru, proyek baru yang dimilikinya, pekerjaan baru yang lebih layak. Itu semua sangat menyita waktu dan perhatiannya. Ia mulai kekurangan waktu untuk berhubungan dengan Rabb-nya seperti saat keadaannya belum se-sejahtera sekarang. Terkadang itu sampai menyebabkannya tidak punya waktu untuk berjamaah di masjid lagi sebagaimana ia selalu berjamaah saat keadaannya belum senyaman saat ini, selalu menunda waktu shalatnya demi urusan bisnis atau pekerjaannya yang baru itu. Bahkan sampai-sampai melewatkan waktu shalatnya.

Naudzubillah.. banyak sekali kita jumpai kasus-kasus seperti ini teman-teman. Dan parahnya kita tidak menyadari bahwa kesibukan baru kita ini telah menjauhkan kita dari Allah.
Banyak sekali orang-orang yang diuji dengan keadaan miskin atau susah, tetapi dengan kesabaran dan keikhlasannya ia mampu melewati ujian dari Allah tersebut dengan baik.
Namun, keadaan berbeda ketika Allah mengujinya dengan kenikmatan, karena terlena dengan keadaan yang serba enak, nyaman, dan sangat bahagia. Ia seolah lupa kepada Dzat yang memberikan semua keindahan tersebut.

Ya sama persis dengan orang-orang yang berada dipasar tadi. Karena terlalu disibukkan dengan urusan duniawinya, ia tidak sempat memikirkan urusan akhiratnya. Ia tidak sempat mengumpulkan bekal untuk perjalanan abadinya kelak. Semoga kita semua tidak termasuk kedalam golongan orang-orang yang merugi tersebut. Amin ya Rabb.

Setiap kita tidak akan pernah bisa memilih akan terlahir dalam keadaan seperti apa yang kita inginkan, namun setiap kita selalu terlahir dengan segala apa yang kita butuhkan. Itu mengapa Allah tidak selalu memberi setiap apa yang kita inginkan, tetapi Allah selalu memberi untuk setiap apa yang kita butuhkan, bahkan tanpa kita meminta pada-Nya sekalipun.
Allah tahu kita membutuhkan udara untuk hidup, pernah kita meminta hal ini kepada Allah? Allah tahu kita membutuhkan air untuk hidup, kita terkadang lupa untuk memikirkan hal ini. Tentu saja hal yang baru saja saya sebutkan hanyalah satu dari sekian banyak rasa kurang puas kita sebagai manusia terhadap nikmat sang Kuasa.

Sebetulnya prinsip yang pertama kali harus kita miliki dan pahami dalam hidup ini, begitu kita siap dan memutuskan untuk hidup di dunia ini adalah, bahwa ketika Allah Swt menciptakan suatu mahkluk, entah itu manusia, hewan, tumbuhan, malaikat, jin, dan lain sebagainya, kita harus meyakini seyakin-yakinnya bahwa Allah pula-lah yang akan menjamin hidup, mati, jodoh, dan rizkinya. Sehingga kita tidak perlu kawatir akan tidak mendapatkan makanan esok hari, atau tempat tinggal untuk dihuni, jika kita mau BERUSAHA tentunya.

Hidup kita di dunia ini sudah dijamin oleh Allah Swt, bahkan sampai pada hal yang paling mendasar sekalipun, justru kehidupan kita kelak di akherat-lah, tentang bagaimana nasib kita besok pada hari akhir-lah yang kita sama sekali tidak dijamin atau dijanjikan apapun oleh Allah, apakah kita akan masuk surga, atau neraka. Itu semua tergantung bagaimana kita hidup di dunia ini.

Sebenarnya manusia adalah mahkluk ciptaan Allah yang paling sering mengeluh. Bahkan jika seorang manusia dibandingkan dengan seekor cicak sekalipun, lebih berhak cicak untuk mengeluh atau protes kepada Allah.
Bayangkan saja, seekor cicak yang hanya hidup dengan merayap, tidak diberi akal dan pikiran oleh Allah, ia diberi rizki atau makanan pokoknya yaitu seekor nyamuk, hewan kecil yang dapat terbang kemanapun ia suka, sedangkan cicak, tidak dapat terbang sama sekali.

Kalau kita mau sedikit berpikir menggunakan logika dan akal sehat kita sebagai manusia, apakah fair? apakah adil Allah kepada cicak? kalau seperi itu bagaimana si-cicak akan dapat makan coba? tidak masuk akal. Namun cicak tersebut dengan prinsip dan keyakinannya tadi (seperti yang sudah saya kemukakan diatas) ia meyakini bahwa Allah pasti menjamin rizki setiap makhluk ciptaan-Nya, tinggal bagaimana ia mau berusaha, menjemput rizki (si-nyamuk) yang dengan sendirinya akan terbang mendekat kepada cicak.

Atau seorang manusia, ketika ia masih bayi, apakah ia tahu bagaimana cara mencari rizki untuk ia tetap dapat makan dan bertahan hidup? jika Allah tidak bijaksana dengan segala kasih sayang-Nya, maka sudah saya patikan saya tidak akan pernah bisa menulis artikel singkat ini. Bahkan seorang bayi sebelum terlahir, ketika ia masih ada dalam kandungan ibunya, ia tetap diberi rizki oleh Allah. Subhanallah.

Saya memberi prolog mengenai analogi-analogi seperti tertulis diatas agar kembali mengingatkan kita, bahwa setiap kita terlahir dengan kelebihan dan kekurangan kita masing-masing. Selanjutnya tinggal bagaimana kita mau berusaha untuk menjadi lebih bermartabat sebagai manusia.

Namun kebanyakan manusia sekarang hanya memikirkan bagaimana mereka hidup di dunia ini saja. Yang nyata-nyata nasib kita itu sudah dijamin oleh Allah. Dan kehidupan kita di akhirat nantilah yang masih belum jelas, dimanakah tempat tinggal kita nantinya, menetap di surga bersama para Nabi dan syuhada, ataukah di neraka.
Maka hanyalah orang-orang berakal, yang berilmu pengetahuan lah yang mampu memikirkan nasib kehidupannya dengan segala persiapan matang.


MENGAPA ILMU ?

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu, dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Qs. Al Mujaadilah : 11)

“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang yang berakal yang dapat menerima pelajaran.” (Qs. Az Zumar : 9)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian siang dan malam terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha suci Engkau, lindungi kami dari azab neraka.” (Qs. Ali Imran : 190-191)

Selasa, 29 Maret 2011

Mangkuk Cantik, Madu Manis dan Sehelai Rambut

Suatu ketika, Rasulullah Saw beserta para sahabat-sahabatnya,
Abu Bakar ash-Shiddiq r.a, Umar ibn Khattab r.a, Ustman ibn Affan r.a, dan Ali ibn Abu Thalib r.a, bertamu kerumah sahabat Ali bin Abu Thalib r.a.

Di rumah sahabat Ali r.a, istrinya Sayyidatina Fathimah, putri Rasulullah Saw, menyiapkan hidangan untuk tamu-tamunya. Ia menghidangkan untuk mereka madu yang manis yang diletakkan di dalam sebuah mangkuk nan cantik, dan ketika semangkuk madu itu dihidangkan, sehelai rambut secara tidak sengaja terikut (tercelup) di dalam mangkuk tersebut.
Kemudian Baginda Rasulullah Saw pun meminta semua orang yang berada di dalam rumah tersebut untuk memberikan analogi atau perumpamaan dari ketiga benda tersebut. Mangkuk yang cantik, madu yang manis, dan sehelai rambut. Rasul ingin mendengarkan perbandingan ketiga benda tersebut dari orang-orang terdekatnya.

Abu Bakar ash-Shiddiq r.a berkata,
“Iman itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang beriman itu lebih manis dari madu yang manis ini, dan mempertahankan keimanan itu jauh lebih sulit dari berjalan meniti sehelai rambut ini.”

Umar ibn Khattab r.a berkata,
“Kerajaan itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seorang raja itu lebih manis dari madu yang manis ini, dan memimpin dengan adil itu jauh lebih sulit dari berjalan meniti sehelai rambut ini.”

Ustman ibn Affan r.a berkata,
“Ilmu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang menuntut ilmu itu lebih manis dari madu yang manis ini, dan beramal dengan ilmu yang dimiliki itu jauh lebih sulit dari berjalan meniti sehelai rambut ini.”

Ali ibn Abu Thalib r.a berkata,
“Tamu itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, orang yang menjamu tamunya itu lebih manis dari madu yang manis ini, dan membuat tamu merasa senang hingga ia pulang kembali kerumahnya itu jauh lebih sulit dari berjalan meniti sehelai rambut ini.”

Fathimah al-Zahra r.ha berkata,
“Seorang wanita itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seorang wanita yang ber-purdah itu lebih manis dari madu yang manis ini, dan mendapatkan seorang wanita yang tak pernah dilihat oleh orang lain kecuali muhrimnya itu jauh lebih sulit dari berjalan meniti sehelai rambut ini.”

Rasulullah Saw. berkata,
“Seseorang yang mendapat taufiq untuk beramal itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, seseorang yang beramal dengan amal yang baik itu lebih manis dari madu yang manis ini, dan seseorang yang beramal dengan ikhlas itu jauh lebih sulit dari berjalan meniti sehelai rambut ini.”

Malaikat Jibril As. berkata,
“Menegakkan pilar-pilar agama itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, menyerahkan jiwa, raga, harta, waktu untuk meninggikan agama (jihad) itu lebih manis dari madu yang manis ini, dan mempertahankan usaha dalam jihad fissabilillah meninggikan agama itu jauh lebih sulit dari berjalan meniti sehelai rambut ini.”

Allah Swt. berkata,
“Surga-Ku itu lebih cantik dari mangkuk yang cantik ini, nikmat surga-Ku itu lebih manis dari madu yang manis ini, dan jalan menuju surga-Ku itu jauh lebih sulit dari berjalan meniti sehelai rambut ini.”

Taufan Algivari. berkata,
“Senyum itu lebih cantik dari mangkuk manapun, orang yang tersenyum itu lebih manis dari madu manapun, dan tersenyum untuk membentuk senyum saudara kita yang lain itu mudah kok. Engga susah deh :)” hehehehe.

Subhanallah, begitu indah Rasulullah serta para sahabat menilai dan memaknai sesuatu. marilah kita asah jiwa ini agar senantiasa menerima dan mengeluarkan sesuatu hanya yang indah-indah saja.
Barokallah :)

Jumat, 18 Maret 2011

Pasangan HidupTerbaik

Suatu ketika, disebuah negeri yang subur nan makmur, hidup seorang saudagar (pedagang) kaya raya yang mempunyai empat orang istri. Saudagar tersebut bernama Fullan,
ia sangat mencintai istrinya yang ke-empat, Zuhaida. Ia menganugrahinya harta yang melimpah serta kesenangan yang terus-menerus. Sebab, Zuhaidalah perempuan yang paling cantik diantara istri-istrinya, Fullan selalu memberikan yang terbaik untuk Zuhaida. Mulai dari menuruti setiap permintaan sang istri, menemani sang istri berbelanja, memanjakannya dengan perawatan-perawatan mahal demi menjaga istrinya agar tetap cantik jelita, serta masih banyak kemewahan lain yang diberikan Fullan pada Zuhaida. Ia menyediakan berbagai kesenangan untuk Zuhaida dengan harapan agar istrinya itu senantiasa setia berada disisinya selalu sebagai istri yang sangat dicintainya.

Fullan juga sangat mencintai istrinya yang ketiga, Rahma. Ia sangat bangga terhadap istrinya yang ketiga ini, sehingga ia sering sekali memperkenalkan Rahma pada rekan-rekan saudagarnya yang lain. karena Rahmalah perempuan yang paling sexy dan paling menarik diantara istri-istrinya yang lain. Fullan selalu memberikan segala yang diinginkan oleh Rahma, ia memenuhi hidup istrinya dengan semua kebahagiaan dunia. Mulai dari rumah megah, mobil mewah, perhiasan mahal, makanan enak, dan masih banyak lagi. Fullan tidak ingin kehilangan Rahma, seorang istri yang sangat menyenangkan baginya.

Begitu pula dengan istri keduanya, Halimah. Fullan begitu mengagumi kecerdasan istri keduanya ini, ia selalu membawa serta Halimah dalam setiap meeting atau pertemuan-pertemuan penting perihal bisnisnya, ia memperkenalkan Halimah dengan penuh bangga dihadapan rekan-rekan saudagarnya. Fullan tidak pernah sekalipun berkata “tidak” pada Halimah, ia selalu memberikan fasilitas-fasilitas terbaik bagi istri keduanya ini. Baginya Halimah adalah otak dibalik suksesnya usaha yang telah dirintis Fullan selama berpuluh tahun lamanya. Ia mengisi hari-hari Halimah dengan penuh kebahagiaan, dengan harapan yang tidak jauh berbeda pada istri-istrinya yang lain, yaitu ia ingin semua istri-istrinya selalu setia berada disisinya, maka ia memberikan semua yang ia miliki untuk mereka agar tidak pernah beranjak pergi dari sampingnya.

Sama halnya dengan istri pertamanya, perempuan yang pertama kali dinikahi Fullan tersebut bernama Mulan. Ia adalah seorang istri yang sangat shalih, ialah perempuan yang paling sabar diantara istri-istri Fullan lainnya. Kapanpun sang suami sedang terkena masalah, ia selalu bisa menenangkan hatinya. Ketika suasana hati Fullan sedang gelisah, gundah, dan tak menentu, Mulan selalu menjadi penyejuk suaminya. Mulan merupakan istri yang paling setia mendampingi suami dalam segala keadaannya, Mulan selalu membawa perbaikan bagi kehidupan keluarga Fullan, ialah yang selalu memberikan semangat dan motivasi pada awal-awal sang suami mulai merintis usahanya, hingga usahanya berkembang pesat dan maju sukses, Mulan tak pernah berubah mencintai dan menyayangi suaminya tersebut.
Mulan selalu perhatian dan pengertian terhadap sang suami, hingga keputusannya untuk mengijinkan sang suami menikah lagi demi menjalankan sunnah Rasulullah, ia terima dengan ikhlas dan lapang dada sebagai bentuk pengabdian terbaiknya kepada sang suami dan hamba Allah Swt. Mulan merupakan istri yang paling zuhud, ia tidak banyak meminta dan menuntut sesuatu yang berbau materiil dan duniawi terhadap suaminya.
Namun demikian, sayang Fullan tidak terlalu mencintai dan menyayanginya sebagaimana ia mencintai dan menyayangi istri-istrinya yang lain. Fullan tidak terlalu memperdulikan dan memperhatikan istri pertamanya ini.

Hal ini wajar adanya, mengingat Mulan merupakan istri pertama Fullan, yang secara otomatis ialah perempuan yang paling tua diantara istri-istri Fullan lainnya. Disamping itu, Mulan juga merupakan sosok pribadi perempuan muslimah yang shalih, kesehariannya sangat sederhana, ia tidak terlalu pandai berdandan, ia tidak terlalu suka dengan hingar bingar dunia. Ia tidak pernah pergi berbelanja pakaian-pakaian mahal, memanjakan tubuhnya dengan perawatan-perawatan berkelas, membeli barang-barang mewah yang mampu memperindah penampilannya. Mulan merupakan istri yang sangat zuhud, sehingga ia terlihat sedikit tidak terusus dibanding istri-istri Fullan yang lain.

Suatu ketika, sang saudagar jatuh sakit. Fullan hanya mampu berbaring lemas ditempat tidurnya. Beberapa hari berlalu, ia menyadari bahwa tidak ada yang abadi di dunia yang fana ini, Fullan segera mengingat mati, ia berpikir tentang ajalnya yang sudah semakin dekat. Fullan mengingat semua keindahan hidupnya di dunia ini, ia meresapi setiap nikmat dan kebahagiaan yang selalu dilimpahkan Allah kepada dirinya.
Fullan menangis terharu melihat keadaannya yang begitu sempurna, apa yang tidak dimilikinya? hidup serba mewah, ia merupakan seorang saudagar sukses dan kaya raya, ia memiliki tempat dan kedudukan terhormat di masyarakat, ia mempunyai derajat yang baik di mata orang-orang yang melihatnya, hari-harinya disejukkan oleh ke-empat istrinya yang sangat mempesona, kehidupannya selalu dilayani oleh bidadari dunia yang menawan. Begitu sayang Allah kepadanya, baginya inilah surga dunia.
Namun tak lama lagi ia akan segera kembali kepada Allah. Ia sedih, dan tak rela meninggalkan semua keindahan dan kenikmatan dunia yang selama ini selalu ia rasakan setiap saat.

Fullan berkata dalam hati, “saat ini aku mempunyai empat orang istri yang sangat aku cintai, mereka selalu menemaniku kapanpun aku mau, mereka berada disisiku kemanapun aku pergi, mereka melayaniku setiap aku membutuhkannya. Namun sebentar lagi aku akan segera meninggal, dan saat aku meninggal aku akan sendirian. Betapa menyedihkan jika harus membayangkan aku hidup sendirian tanpa seorang temanpun disampingku, terlebih ketika saat itu benar-benar datang terjadi. Aku tak sanggup melewati semua ini.”

Fullan lalu memutuskan untuk memanggil dan meminta semua istrinya agar berkumpul bersama di dalam kamarnya. Kemudian ia pun mulai bertanya kepada istrinya satu persatu. Ia memulai dari istri ke-empatnya, Zuhaida.

Fullan berkata, “Wahai istriku Zuhaida, engkaulah perempuan yang paling kucintai, kuberikan padamu gaun sutra terindah serta perhiasan dunia yang mempesona untuk menyenangkanmu. Namun sebentar lagi aku akan mati, akankah engkau mendampingi dan menemaniku ? maukah engkau selalu setia berada disisiku ?”.

Zuhaida sejenak terdiam dalam lamunan, pandangan matanya kosong. Tak selang berapa lama, “Tentu saja tidak.!” Jawab Zuhaida, kemudian seketika itu pula ia segera pergi beranjak dari hadapan sang suami, ia meninggalkan kamar dan hilang entah kemana.

Praktis jawaban tersebut membuat Fullan sangat terpukul, ia merasakan perih yang teramat sangat dari lubuk hatinya yang terdalam. Seolah pisau tajam sedang menghunus dan mengiris-iris hatinya. Bisa dibayangkan mengapa Fullan sampai merasakan kepedihan yang sebegitu mendalam.


Dengan perasaan yang hancur, saudagar tersebut menatap mata istri ketiganya, Rahma. Ia bertanya berkata, “Rahma, engkaulah perempuan yang paling aku sayangi. Engkau tahu seberapa aku menyayangimu, engkau tahu apa saja yang aku korbankan untuk setiap kebahagiaanmu. Sebentar lagi aku akan mati, akankah engkau mendampingi dan menemaniku ? maukah engkau selalu setia berada disisiku ?”.

Rahma menjawab, “Hidupku begitu indah disini, aku akan menikah lagi jika engkau mati.”

Bagaikan petir menyambar ditengah siang bolong yang panas. Fullan semakin tersayat hatinya mendengar penuturan istri ketiganya yang selama ini selalu ia bangga-banggakan. Ia tak meyangka semua yang ia berikan, ia persembahkan, ia hadiahkan untuk istri-istrinya ternyata tidak menjamin istri akan tetap setia berada disisnya.

Fullan kemudian bertanya kepada istri keduanya, Halimah. “Istriku, engkau tahu bagaimana aku selalu kagum pada dirimu. Engkaulah perempuan yang paling bisa aku andalkan diantara ketiga istriku yang lain, aku selalu berpaling padamu ketika ada masalah yang sulit menimpaku, dan engkaulah yang selalu dapat memecahkannya. Sekarang aku butuh bantuanmu, aku akan mati sebentar lagi, akankah engkau mendampingi dan menemaniku ? maukah engkau selalu setia berada disisiku ?”

Halimah menjawab, “Maafkan aku, aku tidak bisa menolongmu kali ini. Aku hanya bisa mengantarmu hingga ke liang kubur saja, tapi nanti akan kubuatkan engkau makam yang indah dan mewah. Agar engkau bisa beristirahat tenang didalamnya, meskipun sendirian.”

Mendengar penuturan istri keduanya, Fullan merasa putus asa. Ia benar-benar kecewa terhadap sikap istri-istrinya tersebut. Fullan menangis dan berkali-kali mengusap air mata yang jatuh mebanjiri pipinya.

Tiba-tiba terdengar suara halus nan lembut, “Aku akan tinggal denganmu, aku akan ikut kemanapun kau pergi, aku tak akan meninggalkanmu, aku akan selalu setia bersamamu.”
Fullan pun menoleh kearah suara tersebut, dan mendapati istri pertamanya, Mulan, sudah duduk disampingnya sembari membelai-belai rambut sang suami. Mulan tampak begitu kurus, badannya seperti orang yang kelaparan, rambutnya sudah banyak beruban, kulitnya kering tak terawat, matanya sembab dan kelihatan sedikit bengkak setelah ia menangis karena ikut merasakan perih yang dirasakan oleh suaminya.

Merasa menyesal, Fullan bergumam, “Kalau saja, aku bisa merawatmu lebih baik saat ku mampu, tak akan kubiarkan engkau seperti ini istriku. Engkau benar-benar istri yang shalihah, aku malu, aku tak tahu harus berkata apalagi, aku tak sanggup membayangkan bagaimana kesabaranmu mencintaiku selama engkau bertugas sebagai istriku, aku menyesal.”

Dengan suara tangis yang terisak-isak, dengan sesenggukan sang suami menangis dipelukan sang istri, hingga tak selang berapa lama setelah itu, ajal pun menjemputnya.

Saudaraku seiman, senasib dan seperjuangan. Sebetulnya dalam hidup ini kita semua memiliki empat istri. Istri yang ke-empat adalah tubuh kita.
Seberapa pun banyak waktu, biaya, tenaga yang kita habiskan, kita korbankan , kita keluarkan untuk tubuh kita ini, agar nampak semakin indah, putih, mulus, mempesona, menarik, cantik, lentik, ganteng, dan lain sebagainya.
Semuanya akan menghilang, ia akan segera pergi begitu saja meninggalkan kita ketika kita meninggal nantinya. Tidak ada lagi kecantikan, ketampanan, kegagahan, keindahan yang tersisa saat kita menghadap-Nya. Sama persis ketika Zuhaida, istri yang sangat dicintai Fullan pergi mencampakkan dirinya ketika ia akan segera meninggal dunia.

Istri kita yang ketiga adalah harta, status sosial, kehormatan, dan jabatan kita.
Sebagaimana pun kita mencarinya, mengejarnya, merawatnya, menjaganya dengan penuh perhatian dan perhitungan. Toh itu semua juga akan segera berpaling dari kita, dari pemiliknya ketika sang pemilik meninggal dunia. Sama persis seperti apa yang terjadi pada istri ketiga Fullan, yaitu Rahma. Ketika sang suami akan segera meninggal, dan ia meminta istri ketiganya untuk tetap setia mendampingi dan menemaninya, apa jawaban yang diberikan oleh Rahma ? “Hidupku begitu indah disini, aku akan menikah lagi jika kau mati.”

Masyaallah. Begitulah harta kita, status sosial kita, kemewahan kita, kehormatan kita, dan jabatan kita. Begitu kita meninggal, mereka semua akan pergi segera meninggalkan kita, ia akan menikah lagi, seperti yang dikatakan Rahma. Ia akan segera mencari pemiliknya yang baru. Dan tidak memilih untuk setia bersama kita. Ia akan meninggalkan dan melupakan kita yang pernah memilikinya.

Sedang istri yang kedua adalah para kerabat dan teman-teman kita semua.
Seberapa pun dekatnya kita menjalin hubungan dengan mereka, seberapa pun eratnya tali silaturahim kita dengan mereka, seberapa pun cinta dan pedulinya mereka terhadap kita, mereka tidak akan bisa bersama kita selamanya. Mereka tidak akan bisa selalu berada disamping kita, mereka tidak akan bisa menemani kita setiap saat. Saat kita meninggal, mereka hanya dapat mengantarkan kita sampai ke tempat pembaringan kita yang terakhir, mereka hanya bisa mendoakan kita dari atas liang kubur kita. Persis seperti apa yang dikatakan oleh Halimah ketika Fullan meminta dirinya untuk tetap berada disisnya.

Dan ternyata, pasangan hidup kita yang terbaik, teman sejati kita, istri paling setia kita, adalah istri kita yang pertama. Istri kita yang pertama adalah jiwa dan amal shalih kita.
Mungkin terlalu sering kita mengabaikan, melupakan, meremehkan, tidak terlalu memperdulikannya, bahkan sangat jarang kita berbuat untuknya. Kita lebih sering mendahulukan urusan kita yang lain seperti memikirkan tubuh kita, hanya mengurus hal-hal yang bersifat jasmaniah saja, tanpa mau berlaku adil pada rohaniah kita, hati kita yang jarang sekali kita pikirkan. Bahwa ternyata hati kita juga butuh siraman-siraman nur cahaya Islam. Hati kita juga butuh pencerahan-pencerahan yang menenangkan.

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu terdapat segumpal darah yang mana apabila segumpal darah itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Namun, apabila segumpal darah itu buruk, maka rusaklah seluruh tubuhnya.” HR. Bukhari.
Masalah kita yang terlalu mencintai tubuh dan diri kita sendiri, sehingga membuat kita lupa untuk berlaku adil kepada urusan kita yang lain, bukan satu-satunya faktor penyebab kebanyakan dari manusia merugi dihadapan Allah. Kita lebih sering sibuk mencari bahkan sampai mengejar-ngejar harta, kedudukan, jabatan, kemewahan, kehormatan, status sosial, dan sebagainya. Sehingga kita lupa untuk mengurus amal kita yang merupakan bekal kita yang sesungguhnya untuk kehidupan abadi.

Kerabat dan teman-teman kita pun tidak terlalu banyak bisa membantu kita dalam urusan kita terhadap Allah, kita sendirilah yang bertanggung jawab atas nasib kita, baik itu di dunia, maupun di akhirat kelak. Karena kita merupakan mahkluk berakal yang paling sempurna dari sekian banyak ciptaan Allah. Kita diberi pilihan untuk menjadi baik, atau buruk. Dan kitalah yang memilih jalan hidup kita sendiri.

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Apabila seorang anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah semua urusannya dengan dunia ini kecuali tiga perkara. Ilmu yang bermanfaat, amal jariyah, dan anak shalih shalihah yang selalu mendoakan kedua orang tuanya.” HR. Bukhari.
Tak peduli seberapa pun suksesnya kita hidup di dunia ini, sekaya apapun kita memiliki harta, sebanyak apapun kita mendapat gelar, jabatan, kedudukan, dan kehormatan. Semua itu akan sirna dan tidak lagi menjadi milik kita saat kita meninggal.
Saat kita terbaring kaku terbungkus balutan kain kafan, kita hanya tidur beralaskan tanah liat yang keras, becek dan dingin ketika turun hujan, gelap gulita, sepi sunyi sendiri.

Hanyalah amal jariyah kita yang berperan menjadi teman kita ketika di dalam liang lahat. Apabila amalan kita baik selama hidup di dunia ini, maka kita akan ditemani dengan sesosok mahkluk nan indah, berbau harum semerbak aroma surga, ia berperilaku sangat halus dan luar biasa lembut terhadap kita, sehingga kita akan merasa sangat nyaman beristirahat di dalam kubur. Subhanallah

Namun sebaliknya, apabila amalan kita buruk selama hidup di dunia ini, maka yang akan menjadi teman kita adalah sesosok mahkluk yang mengerikan, berbau busuk, sangat keras, kejam dan kasar terhadap kita. Itulah hasil yang akan kita terima saat kita menjalani kehidupan di alam kubur dan di akhirat kelak. Naudzubillah


Nah maka setelah mendapat pencerahan yang sangat luar biasa ini, marilah kita lebih memperhatikan istri pertama kita yang senantiasa setia kepada kita. Apalah arti semua keindahan hidup kita ini apabila pada akhirnya kita tak memiliki sesuatupun yang berarti untuk kita bawa sebagai bekal kehidupan abadi kita ?

Bagi teman-teman yang telah khatam membaca secuil artikel ini, mohon perkenannya untuk disampaikan pesan Rasulullah ini kepada saudara Muslim kita lainnya, agar kita semua termasuk kedalam golongan orang-orang yg Insyaallah akan mendapatkan syafaat Rasulullah Saw. di hari akhir nanti karena telah meneladani sifat Kanjeng Nabi. Amin ya Rabb..

Taufan Algivari
History of Islamic Civilization (Double Degree Program)
Sultan Agung World Class Islamic Cyber University (UNISSULA)

Senin, 14 Maret 2011

Perintah Bersikap Baik Kepada Perempuan

Dari (Sanat) Abu Hurairah r.a.: Rasulullah Saw. Bersabda, "Barang siapa beriman kepada Allah Swt. dan Hari Akhir, hendaklah ia tidak mengganggu tetangganya. Jagalah pesanku tentang kaum perempuan agar mereka diperlakukan dengan baik. Sebab, mereka diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok. Tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Jika engkau berusaha untuk meluruskannya, tulang itu akan patah. Jika engkau membiarkannya, tulang itu tetap bengkok. Oleh karena itu, jagalah pesanku tentang kaum perempuan agar mereka diperlakukan dengan baik."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kita melihat hadist ini menyoroti kelemahan alamiah perempuan. Dalam dirinya ada kebengkokan naluriah yang tidak dapat diluruskan oleh siapapun. Namun, demikianlah tuntunan kebijaksanaan Allah Swt., sebagaimana termasuk kebijaksaan-Nya, Dia menjadikan laki-laki memiliki kemampuan untuk memelihara hal ini dengan membawanya pada pergaulan yang baik.

Imam Al-Ghazali --- seperti dikutip dalam Al-Lu'lu' wa Al-Majan karya Muhammad Fu'ad' Abdul-Baqi, h. 194 --- berkata, "Salah satu kewajiban suami terhadap istri adalah memperlakukannya dengan baik. Perlakuan baik kepadanya bukan hanya tidak menyakitinya, melainkan juga bersabar atas perlakuan buruk, kelambanan, dan kemarahannya untuk meneladani Rasulullah Saw. Ketahuilah ada istri beliau yang mengejek beliau dengan mengulang perkataannya dan ada pula yang tidak memedulikan beliau hingga malam. Karena lebih dari itu, laki-laki dapat lebih bersabar atas perilaku buruk istri dengan memberikan humor atau kata-kata yang bisa menyenangkan hatinya."

Subhanallah.. sampai sedalam itu Rasulullah Saw. mengerti dan memahami perempuan, sebagaimana telah disabdakan dalam salah satu Hadistnya, “Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baiknya perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” maka setelah mendapat sedikit pencerahan dari Rasulullah Saw. marilah kita sebagai kaum adam agar lebih meningkatkan rasa cinta, kasih sayang, perhatian, kesabaran, serta senantiasa memuliakan hawa (perempuan-perempuan) kita. Ibu kita, istri kita, saudari-saudari kita, dan teman-teman kita. Agar kitapun akan selalu dimuliakan oleh Allah Swt. baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Bagi teman-teman yang telah khatam membaca secuil artikel ini, mohon perkenannya untuk disampaikan pesan Rasulullah ini kepada saudara Muslim kita lainnya, agar kita semua termasuk kedalam golongan orang-orang yg Insyaallah akan mendapatkan syafaat Rasulullah Saw. di hari akhir nanti karena telah meneladani sifat Kanjeng Nabi. Amin ya Rabb..

Artikel ini saya ambil dari buku berjudul:
100 Pesan Nabi untuk Wanita
karya Badwi Mahmud Al-Syaikh, 2006, penerbit mizania
halaman (26) .

Tempat Shalat dan Saf Shalat Yang Utama Bagi Perempuan

Dari (Sanat) Ummu Salamah r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Sebaik-baik masjid (tempat shalat) bagi perempuan adalah rumah mereka sendiri."
(HR. Imam Ahmad dan Al-Hakim)

Hal ini menjelaskan bahwa tempat shalat yang paling baik bagi perempuan adalah rumahnya sendiri. Bahkan, dalam hadist yang lain, Nabi Saw. menegaskan bahwa tempat shalat yang utama bagi perempuan adalah kamarnya. Hal ini semata-mata untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan kaum perempuan (Subhanallah). Dengan demikian, kaum perempuan juga boleh shalat di masjid jika suaminya mengizinkan tanpa meninggalkan tugas-tugasnya di rumah. Sebab, masjid juga merupakan tempat ibadah kaum Muslim, baik laki-laki maupun perempuan.

Dari (Sanat) Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah Saw. bersabda, "Saf shalat laki-laki yang paling baik adalah yang paling depan, sedangkan saf yang paling buruk adalah yang paling belakang. Sebaliknya, saf shalat perempuan yang paling baik adalah yang paling belakang, sedangkan saf yang paling buruk adalah yang paling depan."
(HR. Muslim)

Hadist di atas menjelaskan bahwa saf shalat paling depan adalah yang paling utama bagi laki-laki. Sebab, saf terdepan (yang paling depan) adalah yang lebih dekat kepada imam dan yang lebih jauh dari saf perempuan sehingga laki-laki tidak melihat perempuan dan perempuan tidak terkena fitnah. Selain itu, hadist di atas juga menegaskan bahwa saf shalat paling belakang adalah yang paling utama bagi perempuan. Sebab, ia semakin jauh dari saf laki-laki serta semakin kecil kemungkinannya terkena fitnah.

Selanjutnya, ada beberapa adab yang harus dijaga ketika saf laki-laki berdekatan dengan saf perempuan (biasanya ketika saf laki-laki berseberangan dengan saf perempuan, bukan depan - belakang). Di antara adab itu adalah perempuan tidak mengangkat kepala dari ruku' atau sujud sebelum laki-laki mengangkat kepala, dan perempuan sebaiknya keluar dari masjid terlebih dahulu --- jika tidak ada pintu khusus untuk masing-masing.

Nah ini merupakan kesempatan bagi kita para kaum Adam untuk menambah pahala ketika kita melaksanakan ibadah shalat berjamaah. Jika ingin lebih bernilai dimata Allah Swt. maka hendaknya kita mengambil saf terdepan dalam jamaah, hal ini berdasar hadist Rasulullah Saw. di atas. Dan karena salah satu perbuatan (amalan) yang dicintai Allah Swt. adalah shalat tepat waktu, maka marilah kita senantiasa meneladani sifat-sifat mulia Rasulullah Saw.

Bagi teman-teman yang telah khatam membaca secuil artikel ini, mohon perkenannya untuk disampaikan pesan Rasulullah ini kepada saudara Muslim kita lainnya, agar kita semua termasuk kedalam golongan orang-orang yg Insyaallah akan mendapatkan syafaat Rasulullah Saw. di hari akhir nanti karena telah meneladani sifat Kanjeng Nabi. Amin ya Rabb..

Artikel ini saya ambil dari buku berjudul:
100 Pesan Nabi untuk Wanita
karya Badwi Mahmud Al-Syaikh, 2006, penerbit mizania
halaman (43) .

Melihat Aurat Sesama

Dari (Sanat) Abu Sa'id r.a. : Rasulullah Saw. bersabda, "Seorang laki-laki tidak boleh melihat aurat sesama laki-laki, dan seorang perempuan tidak boleh melihat aurat sesama perempuan. Seorang laki-laki tidak boleh tidur dengan laki-laki lain dalam satu selimut, dan seorang perempuan tidak boleh tidur dengan perempuan lain dalam satu selimut."
(HR. Muslim)

Dari (Sanat) Ummu Salamah r.a. : Suatu hari, aku duduk di samping Rasulullah Saw., dan di samping beliau ada Maimunah. Kemudian, datanglah Ibn Maktum yang menemui beliau. Hal itu terjadi setelah kami diperintahkan untuk mengenakan hijab.

Rasulullah Saw. bersabda, "Pakailah hijab kalian !"

Kami bertanya, "Wahai Rasulullah, bukankah ia buta dan tidak akan melihat kami ?"

Rasulullah Saw. bersabda, "Apakah kalian berdua buta ? bukankah kalian berdua melihatnya ?"
(HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Al-Tirmidzi)

Dari (Sanat) Abu Salamah r.a. : Aku bertanya kepada A'isyah tentang anak perempuan Qais. Ia mengatakan bahwa suaminya telah menceraikannya sehingga menolak untuk memberikan nafkah kepadanya. Kemudian, putri Qais mendatangi Rasulullah Saw. dan mengatakan hal itu kepada beliau.

Rasulullah Saw. bersabda, "Tidak ada nahkaf bagimu. Pergilah kepada Ibn Ummi Maktum. Tetaplah bersamanya karena ia adalah laki-laki buta. Letakkanlah pakaianmu di sisinya."
(HR. Muslim)

Hadist yang diriwayatkan Abu Sa'id menjelaskan tentang larangan melihat aurat sesama jenis, apalagi yang berbeda jenis. nah padahal selama ini pasti sering banget kan temen-temen kalau sedang ganti pakaian pada “berjamaah” gitu ? hayooooooo :0 ... dan sering pula apabila sedang bermalam atau menginap dirumah teman, kita tidur satu ranjang dan dalam satu selimut dengan teman kita. Dan ternyata hal-hal tersebut dilarang oleh Rasulullah Saw. maka setelah kita semua mendapat ilmu baru ini, sedikit pencerahan. Marilah kita laksanakan sunnah Rasulullah Saw. ini bersama-sama :)

Sebagian ulama berpendapat bahwa hadist dari Ummu Salamah merupakan dalil pengharaman perempuan melihat laki-laki lain. Menurut Imam Al-Nawawi, pendapat demikian dinilai lebih tepat. Sebab, Allah Swt. berfirman, "Hendaklah mereka menahan pandangan ..."
(QS Al-Nur [24] : 31)

Sementara itu, mereka yang berpendapat bahwa melihat bagian tubuh selain antara pusar dan lutut dibolehkan berargumentasi pada hadist A'isyah dan Fatimah binti Qais di atas. Mereka juga berargumentasi pada hadist lain yang menyebutkan kunjungan Rasulullah Saw. kepada kaum perempuan pada 'Iedul Fitri setelah berkhutbah. Ketika itu, Nabi Saw. bersama Bilal untuk mengingatkan mereka agar bersedekah.

Imam Al-Syaukani dalam Nail Al-Authar berkata, "Imam Dawud telah mengkompromikan beberapa hadist ini. Menurutnya, Hadist dari Ummu Salamah khusus berkenaan dengan istri-istri Rasulullah Saw., sedangkan Hadist dari Fatimah berkenaan dengan seluruh kaum perempuan." Al-Hafizh dalam Al-Talkhish berkata, "Kompromi seperti ini juga dilakukan oleh Al-Mundziri."

Bagi teman-teman yang telah khatam membaca secuil artikel ini, mohon perkenannya untuk disampaikan pesan Rasulullah ini kepada saudara Muslim kita lainnya, agar kita semua termasuk kedalam golongan orang-orang yg Insyaallah akan mendapatkan syafaat Rasulullah Saw. di hari akhir nanti karena telah meneladani sifat Kanjeng Nabi. Amin ya Rabb..

Artikel ini saya ambil dari buku berjudul:
100 Pesan Nabi untuk Wanita
karya Badwi Mahmud Al-Syaikh, 2006, penerbit mizania
halaman (90) .

Keutamaan Besedekah dan Beristigfar Bagi Perempuan

Dari (Sanat) 'Abdullah bin 'Umar r.a. : Rasulullah Saw. bersabda, "Wahai kaum perempuan, bersedekahlah dan perbanyaklah memohon ampunan kepada Allah Swt., karena, aku melihat (pada malam isra') kebanyakan dari penghuni neraka adalah dari jenis kalian."

Seorang perempuan bertanya, "Apakah sebabnya kebanyakan penghuni neraka adalah dari jenis kami wahai Rasul ?"

Rasulullah Saw. menjawab, "Karena kalian sering melaknat dan meremehkan apa yang diberikan oleh suami. Aku juga melihat kebanyakan dari kalian memiliki kekurangan dalam hal akal dan agama."

Periwayat hadist ini bertanya, "Ya Rasulullah, apa yang dimaksud dengan kekurangan dalam hal akal dan agama ?"

Rasulullah Saw. menjawab, "Kesaksian dua orang perempuan sebanding atau setara dengan kesaksian seorang laki-laki. Inilah yang dimaksud dengan kekurangan dalam hal akal. Selain itu, ketika sedang haid (menstruasi), perempuan tidak shalat dan berpuasa selama beberapa hari. Inilah kekurangan mereka dalam hal agama."
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadist ini menunjukkan beberapa hal sebagai berikut ;

Pertama, tentang seberapa besar kebutuhan perempuan terhadap nasihat dan peringatan, Serta seberapa besar perhatian Rasulullah Saw. terhadap masalah ini.

Kedua, kemampuan akal bisa meningkat dan menurun, sebagaimana halnya keberagamaan dan keimanan seorang Muslim. Kekurangan akal dan keberagamaan pada perempuan disebabkan ketidaksempurnaan perannya dalam melaksanakan ajaran ajaran agama dan menggunakan akal, baik karena sifat bawaan maupun karena sifat yang diusahakan.

Ketiga, pengingkaran terhadap nikmat yang diberikan oleh suami adalah perbuatan tercela yang sangat dibenci Allah Swt., karena sebagaimana kita ketahui bersama bahwa ridho Allah Swt. Bagi seorang hambanya (istri) terletak pada ridho suami. Hal yang lebih tercela adalah melaknat, mencela, dan berbicara kasar. Bahaya besar yang mengancam kaum perempuan adalah karena sifat-sifat tersebut mendominasi perilaku dan kebiasaan mereka. Hal ini pula yang menyebabkan mereka diancam dengan akibat yang buruk dan tempat kembali yang seburuk-buruknya pula (Neraka Jahanam) Naudzubillah T.T

Keempat, hadist ini mendorong kaum perempuan agar mengenali cara terpenting dan jalan tercepat untuk menghindarkan diri dari murka dan neraka Allah Swt., yaitu dengan banyak bersedekah dan beristigfarlah. Astagfirullah ^_^

Subhanallah.. Begitu perhatian dan pedulinya Rasulullah Saw. kepada kaum Hawa, marilah saudara-saudara Muslim, seiman, sejalan, seperjuangan saya yang cantik-cantik, yang shalihah, yang Muslimah. Kita sama-sama memperbanyak bersedekah dan selalu membaca istigfar kapanpun serta dimanapun kita berada guna mengingat Allah Swt. Insyaallah dengan demikian Allah pun senantiasa akan selalu mengingat hamba-Nya yang rajin mengingat-Nya. Amin. Semoga ilmu ini bermanfaat ya bagi kita semua .. Barokallah :)

Bagi teman-teman yang telah khatam membaca secuil artikel ini, mohon perkenannya untuk disampaikan pesan Rasulullah ini kepada saudara Muslim kita lainnya, agar kita semua termasuk kedalam golongan orang-orang yg Insyaallah akan mendapatkan syafaat Rasulullah Saw. di hari akhir nanti karena telah meneladani sifat Kanjeng Nabi. Amin ya Rabb..

Artikel ini saya ambil dari buku berjudul:
100 Pesan Nabi untuk Wanita
karya Badwi Mahmud Al-Syaikh, 2006, penerbit mizania
halaman (35) .