salam

Jumat, 01 April 2011

Syarat Melakukan Maksiat

Suatu hari, ada seorang pemuda yang menemui Ibrahim bin Adham, ia berkata
“Wahai Aba Ishak! Selama ini aku gemar bermaksiat, aku melewati 20tahun hidupku dengan bersenang-senang. Aku masih sangat muda, aku masih bisa hidup sampai 40tahun kedepan, mungkin malah hingga usiaku 70tahun, atau bahkan lebih. Akankah engkau memberiku nasihat, agar aku tidak melakukan maksiat lagi?”
Setelah mendengar perkataan pemuda tersebut, Ibrahim berkata
“Jika kamu mau menerima lima syarat dan mampu melaksanakan kelima-limanya, maka boleh lah kamu melakukan maksiat sesuka hatimu.”

Praktis pemuda ini dibuat kaget bukan main oleh jawaban Ibrahim, baru kali ini ia meminta nasihat dari hamba Allah yang shalih, namun apa yang ia temui?
Ia mendapatkan syarat untuk melakukan maksiat, lima hal yang harus dilakukannya terlebih dahulu sebelum bermaksiat.
Dengan penasaran dan terheran-heran, pemuda ini bertanya
“Apa saja kelima syarat yang engkau ajukan tersebut wahai Aba Ishak?”

Ibrahim berkata
“Syarat yang pertama, jika kamu bermaksiat kepada Allah, maka janganlah kamu memakan rejeki-Nya.”
Mendengar syarat pertama dari Ibrahim, pemuda tersebut mengernyitkan keningnya seraya berkata
“Lalu aku mau makan dari mana?? Bukankah semua yang ada di bumi ini adalah rejeki Allah yang disediakan untuk hamba-Nya??”
“Ya benar!” tegas Ibrahim, kemudian ia melanjutkan perkataannya
“Kalau kamu sudah mampu memahaminya, maka apakah pantas selama ini kamu memakan rejeki dari-Nya, untuk kemudian kamu melanggar apa yang dilarang oleh-Nya? Mana rasa syukur dan terima kasihmu pada Dzat yang selama ini menghidupimu?
Pemuda itu terdiam,

sembari menunggu, Ibrahim berkata
“Syarat yang kedua, jika kamu bermaksiat kepada Allah, maka janganlah kamu tinggal di bumi-Nya.”
Belum habis rasa tercengang pemuda itu, mendengar syarat kedua dari Ibrahim, ia kaget setengah mati.
Ibrahim melanjutkan
“Apakah pantas kamu makan rejeki dari-Nya, tinggal di bumi-Nya, kemudian kamu bermaksiat kepada-Nya?”
Dengan mata berkaca-kaca pemuda ini menjawab
“Ya, wahai Aba Ishak. Engkau benar. Lalu apa syarat yang ketiga?”
Tanya pemuda itu

“Syarat yang ketiga, jika kamu masih mau bermaksiat, carilah tempat paling tersembunyi dan aman, yang tidak akan terlihat oleh-Nya.”
Pemuda itu menggelengkan kepalanya dan berkata
“Wahai Aba Ishak. Nasihat macam ini?? Mana mungkin ada tempat yang tidak terlihat oleh-Nya, sementara kita tahu bahwa Allah Maha Melihat.”
Ibrahim menyahut
“Nah kalau yakin demikian, kamu tahu bahwa Allah selalu melihat kita, apakah kamu masih ingin melakukan maksiat?”
Pemuda tersebut hanya diam dan meminta syarat yang ke-empat

“Syarat yang ke-empat, jika Malaikat Izroil datang hendak mencabut nyawamu, beranikan dirimu untuk menolaknya dan meminta waktu guna bertobat serta melakukan amal shalih.”
Pemuda itu tersentak dan segera menyadari seraya berkata
“Wahai Aba Ishak, mana mungkin Malaikat Maut mau memenuhi permintaanku itu??”
Ibrahim menegaskan
“Wahai anak muda, kalau kamu sudah meyakini dan paham bahwa tidak ada sesuatupun yang dapat menunda atau mengundurkan kematianmu, apakah kamu masih juga mau melakukan maksiat?”
“Tidak.!!” Jawab pemuda tersebut dan meminta syarat terakhir

“Yang terakhir, jika Malaikat Zabaniyah hendak melemparmu ke dalam api neraka, janganlah kamu mau ikut bersamanya. Karena sungguh pedih azab Allah bagi hamba-Nya yang bermaksiat.”
Mendengar syarat penutup ini, si pemuda menangis terisak-isak sembari membayangkan
“Mana mungkin aku memiliki kuasa untuk menolaknya, Astagfirullah...”

Subhanallah.. betapa beruntung pemuda tersebut, ia mendapat hidayah serta ampunan dari Allah atas segala dosa-dosa dan maksiatnya.

Teman-teman seimanku, marilah kita senantiasa mengingat nasihat super dari Ibrahim bin Adham ini, sehingga kapanpun dimanapun terlintas pikiran jahat kita ingin melakukan maksiat. Kita segera tersadar,

Bahwa kita masih dan akan terus makan rejeki dari Allah,
Bahwa kita masih dan akan terus tinggal di bumi Allah (bahkan kita pun akan dikubur disana)
Bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, dan kita takkan mampu bersembunyi dari-Nya
Bahwa tidak akan ada sesuatupun yang mampu menunda dan mengundurkan kematian kita
Bahwa sungguh kita tak punya daya kuasa untuk memilih dimana tempat tinggal kita saat jiwa ini telah terpisah dari raganya.


Semoga dengan selalu mengingat Allah kita senantiasa ada dalam lidungan serta rahmat-Nya.
Amin ya Rabb :)

4 komentar:

  1. kebanyakan blog kamu tentang wanita ya kang..?? knp...

    BalasHapus
  2. karena wanita ingin di mengerti :)
    saya hanya mencontoh Rasulullah Saw yang senantiasa peduli dan sangat memperhatikan kaum perempuan ..
    Subhanallah :)

    BalasHapus
  3. cukup buat jera kah kalo membaca ini,org yg sering melakukan maksiat akan ketakutan?

    BalasHapus
  4. itu tergantung pada bagaimana pribadi yg bersangkutan mb.
    dan tentunya pada hidayah serta rahmat Allah,
    baca de Qs. Yunus : 99.
    disana sudah jelas bahwa kita itu tidak bisa berkuasa penuh pada orang lain, bahkan pada diri kita sendiri pun juga kan ga bisa..
    tapi paling engga kita sudah mencoba untuk mengingatkan saudara seiman kita. urusan mereka mau berubah atau tidak itu dari diri mereka sendiri dan kebesaran Allah untuk menyelamatkannya atau tidak .
    mb. Meys tau Abu Tholib kan ? paman Rasulullah yang begitu berani dan luar biasa mati-matian membela agama Islam, berperang dengan gagah berani disamping Rasul untuk meninggikan Islam, dan ia luar biasa dekat dengan Rasulullah yang merupakan sang pembawa risalah..
    namun sampai akhir hayatnya pun beliau juga tak kunjung masuk Islam, padahal yang selama ini berada disampingnya itu Rasulullah sendiri lho..
    ini pelajaran juga bagi kita, mau sehebat apapun guru kita, siapapun yang mengajari dan mengajak kita pada kebaikan, kalo dari kitanya sendiri ga mau berubah,dan tentunya Allah tidak bermurah kasih menuntun kita, ya kacau sudah..
    bersyukurlah kita-kita yang sudah memiliki kesadaran untuk hidup lebih baik fissabilillah :)

    BalasHapus