salam

Kamis, 31 Maret 2011

Ber-ILMU-lah, Maka Allah Akan Mencintaimu

Bissmillahirrahmaanirrahiim.. Artikel ini sengaja saya tulis untuk saudara-saudara muslim yang sangat mencintai ilmu pengetahuan, agar engkau semakin mulia. Dan saya peruntukkan bagi sebagian yang lain agar menyadari betapa pentingnya ilmu untuk keselamatan hidup, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Insyaallah :)

“Pelajarilah ilmu.
Sebab, dengan ilmu akan menimbulkan rasa takut kepada Allah.
Mempelajari ilmu pengetahuan termasuk ibadah.
Menelaahnya dianggap membaca tasbih.
Membahasnya setara dengan takbir.
Mengajarkannya kepada orang lain dihitung sedekah.
Dan mendiskusikannya kepada para pakar dianggap sebagai suatu bentuk kedekatan kepada Allah “
-- Muadz bin Jabal –


Di suatu pagi nan cerah,Abu Hurairah r.a, salah satu sahabat yang sangat dekat dengan Rasulullah Saw. Berjalan melintasi sebuah pasar di Madinah, Nampak sekali suasana pasar yang sangat ramai dengan segala kegiatan jual-belinya.

Melihat pemandangan itu,sahabat yang sangat bersahaja ini tersenyum.Ia pun menghampiri kerumunan orang-orang tersebut dan berkata,
“Saudaraku, alangkah sibuknya kalian...“
Beberapa orang yang mengenal dan mendengar sapaan Abu Hurairah segera menoleh dan bertanya,
“Wahai Abu Hurairah, bagaimana pendapatmu tentang kesibukan kami ini ?“
Abu Hurairah menjawab,
“Sayang sekali kalian beramai-ramai berada disini, padahal sekarang Rasulullah Saw. sedang membagikan harta karun yang paling berharga, mengapa kalian tidak ikut mengambilnya ?“
Praktis ucapan Abu Hurairah tersebut menggagetkan hampir dari seluruh orang yang berada di pasar pagi itu, mereka terkejut dan sangat penasaran mendengar berita dari Abu Hurairah ini.
“Di mana wahai Abu Hurairah ????“
Tanya mereka terkejut sekaligus sangat antusias.
“Di sana, di masjid.“
Jawab Abu Hurairah sambil tersenyum dan menunjuk ke satu arah.

Merasa tertarik dengan informasi Abu Hurairah tersebut,beberapa orang segera pergi meninggalkan pasar dan berjalan berbondong-bondong menuju arah (masjid)yang ditunjuk Abu Hurairah tadi
Sementara itu, Abu Hurairah tetap berdiri di tempatnya, sembari menunggu orang-orang itu kembali ke pasar.
Dan benar saja, tidak beberapa lama, orang-orang yang tadi pergi meninggalkan pasar untuk melihat apa yang dikatakan oleh Abu Hurairah sudah kembali lagi. Nampak sekali kekecewaan di wajah mereka.

“Wahai Abu Hurairah, kami datang ke masjid dan menemui Rasulullah Saw. namun kami tidak melihat sesuatupun yang dibagikan oleh Rasulullah disana.”
Keluh mereka.
“Apakah kalian tidak melihat banyak orang yang berkumpul disana ?”
Tanya Abu Hurairah.
“Ya. kami melihat banyak orang-orang yang berkumpul mengelilingi Rasulullah disana.”
Jawab orang-orang yang berada dipasar tersebut.
“Orang-orang itu sedang duduk mengitari Rasulullah Saw, yang sedang membagikan harta yang tak ternilai harganya. Rasulullah Saw, sedang membagi-bagikan ILMU-nya kepada mereka. Bukankah ILMU merupakan harta yang paling berharga dan sangat mahal wahai mukmin?”
Ujar Abu Hurairah.

Kemudian orang-orang tersebut hanya mampu terdiam mendengar pemaparan Abu Hurairah. Mereka yang tadinya sangat kecewa dan ingin marah lantaran Abu Hurairah dinilai telah menipu dan membuang-buang waktu mereka untuk berjualan dipasar, sama sekali tidak jadi marah. Karena memang apa yang dipaparkan oleh Abu Hurairah itu benar adanya.

Dalam diam mereka pun tersadar, mereka mengingat apa yang selama ini mereka lakukan secara tidak langsung telah mendzalimi diri mereka sendiri. Mereka tidak mampu berlaku adil terhadap dirinya. Mereka hanya memikirkan kehidupan duniwai mereka, sibuk berdagang, sibuk mencari uang, sibuk memikirkan akan makan apa mereka esok, namun mereka melupakan hatinya.

Hati yang sesungguhnya bekerja sangat keras setiap saatnya. Ia melupakan bahwa tidak hanya tubuh dan pikiran ini yang perlu diberi makanan, bukan hanya tubuh dan pikiran ini yang butuh penyegaran, refreshing. Namun hati ini juga butuh diberi makan, butuh mendapat siraman-siraman Nur Illahi. Agar hati itu senantiasa tenang dan menenangkan pemiliknya.

Sebagaimana sabda Rasulullah Saw.
“Sesungguhnya di dalam tubuh manusia itu terdapat segumpal darah. Yang mana apabila segumpal darah itu baik maka baiklah seluruh tubuhnya. Namun sebaliknya, apabila segumpal darah itu buruk maka rusaklah seluruh tubuhnya. Dan ketahuilah, segumpal darah itu adalah Hati.” HR. Bukhari

Sebetulnya peristiwa seperti yang terjadi diatas hanyalah satu dari sekian banyak contoh-contoh nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Dimana kita dapat melihat keseharian kita, banyak sekali orang-orang yang dalam keadaan sederhana, mempunyai banyak waktu luang untuk berhubungan dengan Rabb-nya. Setiap datang waktu shalat dan panggilan adzan, ia segera menuju masjid untuk memenuhi panggilan Allah tersebut. Ia sangat dekat dengan Rabb-nya.

Namun, saat ia diberi keadaan (nikmat) yang lebih baik oleh Allah, ternyata ia tidak mampu menerima ujian tersebut. Justru dengan bisnis baru, proyek baru yang dimilikinya, pekerjaan baru yang lebih layak. Itu semua sangat menyita waktu dan perhatiannya. Ia mulai kekurangan waktu untuk berhubungan dengan Rabb-nya seperti saat keadaannya belum se-sejahtera sekarang. Terkadang itu sampai menyebabkannya tidak punya waktu untuk berjamaah di masjid lagi sebagaimana ia selalu berjamaah saat keadaannya belum senyaman saat ini, selalu menunda waktu shalatnya demi urusan bisnis atau pekerjaannya yang baru itu. Bahkan sampai-sampai melewatkan waktu shalatnya.

Naudzubillah.. banyak sekali kita jumpai kasus-kasus seperti ini teman-teman. Dan parahnya kita tidak menyadari bahwa kesibukan baru kita ini telah menjauhkan kita dari Allah.
Banyak sekali orang-orang yang diuji dengan keadaan miskin atau susah, tetapi dengan kesabaran dan keikhlasannya ia mampu melewati ujian dari Allah tersebut dengan baik.
Namun, keadaan berbeda ketika Allah mengujinya dengan kenikmatan, karena terlena dengan keadaan yang serba enak, nyaman, dan sangat bahagia. Ia seolah lupa kepada Dzat yang memberikan semua keindahan tersebut.

Ya sama persis dengan orang-orang yang berada dipasar tadi. Karena terlalu disibukkan dengan urusan duniawinya, ia tidak sempat memikirkan urusan akhiratnya. Ia tidak sempat mengumpulkan bekal untuk perjalanan abadinya kelak. Semoga kita semua tidak termasuk kedalam golongan orang-orang yang merugi tersebut. Amin ya Rabb.

Setiap kita tidak akan pernah bisa memilih akan terlahir dalam keadaan seperti apa yang kita inginkan, namun setiap kita selalu terlahir dengan segala apa yang kita butuhkan. Itu mengapa Allah tidak selalu memberi setiap apa yang kita inginkan, tetapi Allah selalu memberi untuk setiap apa yang kita butuhkan, bahkan tanpa kita meminta pada-Nya sekalipun.
Allah tahu kita membutuhkan udara untuk hidup, pernah kita meminta hal ini kepada Allah? Allah tahu kita membutuhkan air untuk hidup, kita terkadang lupa untuk memikirkan hal ini. Tentu saja hal yang baru saja saya sebutkan hanyalah satu dari sekian banyak rasa kurang puas kita sebagai manusia terhadap nikmat sang Kuasa.

Sebetulnya prinsip yang pertama kali harus kita miliki dan pahami dalam hidup ini, begitu kita siap dan memutuskan untuk hidup di dunia ini adalah, bahwa ketika Allah Swt menciptakan suatu mahkluk, entah itu manusia, hewan, tumbuhan, malaikat, jin, dan lain sebagainya, kita harus meyakini seyakin-yakinnya bahwa Allah pula-lah yang akan menjamin hidup, mati, jodoh, dan rizkinya. Sehingga kita tidak perlu kawatir akan tidak mendapatkan makanan esok hari, atau tempat tinggal untuk dihuni, jika kita mau BERUSAHA tentunya.

Hidup kita di dunia ini sudah dijamin oleh Allah Swt, bahkan sampai pada hal yang paling mendasar sekalipun, justru kehidupan kita kelak di akherat-lah, tentang bagaimana nasib kita besok pada hari akhir-lah yang kita sama sekali tidak dijamin atau dijanjikan apapun oleh Allah, apakah kita akan masuk surga, atau neraka. Itu semua tergantung bagaimana kita hidup di dunia ini.

Sebenarnya manusia adalah mahkluk ciptaan Allah yang paling sering mengeluh. Bahkan jika seorang manusia dibandingkan dengan seekor cicak sekalipun, lebih berhak cicak untuk mengeluh atau protes kepada Allah.
Bayangkan saja, seekor cicak yang hanya hidup dengan merayap, tidak diberi akal dan pikiran oleh Allah, ia diberi rizki atau makanan pokoknya yaitu seekor nyamuk, hewan kecil yang dapat terbang kemanapun ia suka, sedangkan cicak, tidak dapat terbang sama sekali.

Kalau kita mau sedikit berpikir menggunakan logika dan akal sehat kita sebagai manusia, apakah fair? apakah adil Allah kepada cicak? kalau seperi itu bagaimana si-cicak akan dapat makan coba? tidak masuk akal. Namun cicak tersebut dengan prinsip dan keyakinannya tadi (seperti yang sudah saya kemukakan diatas) ia meyakini bahwa Allah pasti menjamin rizki setiap makhluk ciptaan-Nya, tinggal bagaimana ia mau berusaha, menjemput rizki (si-nyamuk) yang dengan sendirinya akan terbang mendekat kepada cicak.

Atau seorang manusia, ketika ia masih bayi, apakah ia tahu bagaimana cara mencari rizki untuk ia tetap dapat makan dan bertahan hidup? jika Allah tidak bijaksana dengan segala kasih sayang-Nya, maka sudah saya patikan saya tidak akan pernah bisa menulis artikel singkat ini. Bahkan seorang bayi sebelum terlahir, ketika ia masih ada dalam kandungan ibunya, ia tetap diberi rizki oleh Allah. Subhanallah.

Saya memberi prolog mengenai analogi-analogi seperti tertulis diatas agar kembali mengingatkan kita, bahwa setiap kita terlahir dengan kelebihan dan kekurangan kita masing-masing. Selanjutnya tinggal bagaimana kita mau berusaha untuk menjadi lebih bermartabat sebagai manusia.

Namun kebanyakan manusia sekarang hanya memikirkan bagaimana mereka hidup di dunia ini saja. Yang nyata-nyata nasib kita itu sudah dijamin oleh Allah. Dan kehidupan kita di akhirat nantilah yang masih belum jelas, dimanakah tempat tinggal kita nantinya, menetap di surga bersama para Nabi dan syuhada, ataukah di neraka.
Maka hanyalah orang-orang berakal, yang berilmu pengetahuan lah yang mampu memikirkan nasib kehidupannya dengan segala persiapan matang.


MENGAPA ILMU ?

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu, dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Qs. Al Mujaadilah : 11)

“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya hanya orang yang berakal yang dapat menerima pelajaran.” (Qs. Az Zumar : 9)

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian siang dan malam terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi orang-orang yang berakal. Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan semua ini sia-sia. Maha suci Engkau, lindungi kami dari azab neraka.” (Qs. Ali Imran : 190-191)

3 komentar:

  1. tanya : kenapa lebih banyak orang non-islam yang bisa menemukan tekhnologi / alat2 elektro,dll??
    cobaa...sedangkan jelas kita umat islam yang lebih banyak di kasih ilmu lewal AL-QUR'AN..

    BalasHapus
  2. hehehehe panjang ini penjabarannya :)
    ini akan menyangkut perihal peradaban Islam juga, atau tradisi keilmuan pada masa daulah Abbasiyah..
    sebetulnya sebelum para orientalis menemukan semua penemuan2 penting tersebut, para ilmuan muslim sudah terlebih dahulu menemukannya.
    coba aja kamu chek dalam buku:
    Rahasia Kecerdasan Yahudi, karya A. Maheswara.
    dan juga buku berjudul:
    Islamisasi Sains, karya Budi Handriyanto,
    itu akan membuka mata kita bagaimana kehebatan Islam dan betapa liciknya orang2 barat terhadap Islam.

    BalasHapus
  3. yang aku tau ayat ALLAH dibagi 2:
    1. Quraniyah (1-30 juz)
    2. kauniyah (yang ada di langit dan di bumi)
    da umat islam hanya mampu berfikir tentang ayat2 dalam Quraniyah, kurang mampu dalam kauniyah. mungkin kita terlalu terpaku dengan AL-Qur'an, padahal ternyata ALLAH ngasih 2 ayat langsung bwat kita. cuma mungkin kita ga sadar yaaaaa...

    BalasHapus